Hyoyeon!

Hyoyeon!
OMO... How perfect she is, right?

Kamis, 16 Mei 2013

My #1st Fan Fiction (Princess Katerinna and the Witches) Part 2


Baru aku melangkah masuk gerbang, sudah ada beberapa murid yang membicarakanku,
“Waw… Siapa itu?”
“Cantik sekali,”
“Apa dia anak baru?”
“Tapi dia mirip murid di kelas Vocal 2 yang penampilannya agak aneh itu.”
“Hah? Taeyeon maksudmu? Tidak mungkin, mereka berbeda jauh, sangat jauh.”
“Dia bahkan lebih cantik dari Tiffany maupun Sandara.”
Ya Tuhan, apa mereka benar-benar sudah tidak mengenaliku lagi? Waw untuk pertama kalinya aku benar-benar merasa menjadi pusat perhatian, jadi begini ya rasanya menjadi orang yang diperhatikan. Aneh namun menyenangkan.
Karena terlalu asik dengan sanjungan, tanpa sadar aku menabrak seseorang. Dan ketika aku hampir jatuh, ia menahan tubuhku, mungkin karena salah posisi, akhirnya kami berdua terjatuh kelantai dengan posisi dia berada diatas tubuhku serta wajah kami saling berhadapan. Alangkah terkejutnya aku, bahwa ternyata orang yang aku tabrak dan kini berada dihadapanku adalah Wooyoung.
Entah kenapa aku merasakan adanya getaran tiap kali melihat matanya, namun aku segera sadar akan kerumunan orang yang memperhatikan kami dalam posisi tersebut dan saling bertatapan selama 30 detik.
“Oh, maaf…” Katanya lembut.
“Enggak apa-apa kok. Aku juga gak terluka dan ini bukan sepenuhnya salahmu, jadi gak perlu minta maaf.”
“Okey, by the way… Kamu anak baru?”
“Iya bisa dibilang begitu, karena aku baru dua hari disini.”
“Ohh, nama kamu siapa?”
“Taeyeon, Kim Taeyeon.”
“Aku Wooyoung. Senang bertemu denganmu… Kalau begitu sampai jumpa lagi ya.” Katanya sambil berlalu bersama dengan kedua temannya yang aku tebak pasti bernama Jonghyun dan Kyuhyun.
Ternyata tanpa sepengetahuanku, dua bidadari hitamnya Wooyoung alias Tiffany dan Sandara, sedari tadi memperhatikan aku dan Wooyoung. Mereka menatap dengan mata yang penuh dendam kearahku, dan aku jadi punya firasat yang enggak enak soal ini.
***

Bel pun berbunyi, dan karena hari ini sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar, maka semua siswa-siswi Kirin, harus menuju ke aula utama. Kelas yang mendapat bagian pertama tampil adalah kelas Vocal 1, lalu Vocal 3 dan terakhir kelasku kelas Vocal 2.
“Audisi diadakan dalam 3 tahap, tahap pertama, audisi acting yang akan dinilai oleh Mrs. Yoona, Mr. Minho dan Mrs. Ara, lalu selanjutnya audisi menari yang akan dinilai oleh Ms. Hyoyeon, Mr. Yunho dan Mrs. Victoria dan terakhir yang paling penting audisi menyanyi yang akan dinilai oleh Mrs. Boa, Mr. Yesung dan saya sendiri Ms. Sunny.” Jelas Ms. Sunny yang merupakan guru vokal di kelas Vocal 2.
Audisi pertamapun dimulai serta dilakukan eliminasi, dari 45 siswa tingkat 2 kelas Vocal Kirin, hanya 7 yang gagal, selebihnya masuk ketahap berikutnya. Audisi berikutnya menari, pada tahap audisi ini banyak yang gugur dan dari 38, hanya 13 yang lulus, termasuk aku dan kedua sahabatku. Ditahap ini lebih banyak laki-laki yang gugur.
Audisi tahap terakhirpun dimulai… Hatiku berdebar-debar rasanya. Sesuai urutan, siswa yang pertama tampil dari kelas Vocal 1.
“Siap-siap takjub.” Kata Soyeon yang duduk disebelahku.
“Merekalah yang terbaik dari baik.” Tambah Luna.
Dan benar saja, mereka; murid-murid kelas Vocal 1, memang luar biasa. Yang tampil pertama dari kelas Vocal 1 adalah Jiyeon; penampilannya energic, lalu Jonghyun; sangat menawan, Kyuhyun; begitu powerfull, selanjutnya Sandara; suaranya berkarakter, Wooyoung; paket yang komplit dalam menyajikan pertunjukan, yang terakhir dari kelas Vocal 1 adalah Hyorin, dia benar-benar seperti diva, suaranya melengking, tinggi dan stabil. Aku pesimis dapat mengalahkannya.
Selanjutnya kelas Vocal 3, dari 15 siswa hanya 1 yang lolos audisi sampai ketahap ini, ia adalah Fei, dan suaranya tidak kalah merdu dari Hyorin, ia juga energic dan attractive dalam melakukan dance, dan ketika aku bertanya pada Luna, kenapa orang yang begitu berbakat dimasukan ke dalam kelas Vocal 3, jawabannya begitu mencengangkan dan membuatku heran. Jawabannya begitu simple dan konyol yaitu… Ia merupakan keturunan China tanpa ada darah Korea. Konyol.
Akhirnya tiba juga, kelasku, kelas Vocal 2 mendapat gilirannya. Yang pertama dipanggil adalah Jessica, ia bernyanyi lagu upbeat dengan teknik vokal yang sangat mempesona. Selanjutnya Seohyun, suaranya berat, namun stabil dan berkarakter kuat. Lalu Soyeon, sahabatku itu menyanyikan lagu yang sama dengan yang dibawakannya kemarin, dan aku tetap merinding mendengar suara merdunya. Luna merupakan peserta berikutnya, ia juga menyanyikan lagu yang sama, dengan pembawaan yang tetap ceria dan penampilan panggung yang menghibur.
Selanjutnya si gadis berambut merah, Tiffany yang mendapat giliran bernyanyi, ia menyanyikan lagu ‘Lost in Love’ (lagu duetnya Tiffany dan Taeyeon) milik girlgroup nomer satu di Korea dalam versi bahasa Inggris. Suaranya indah, nadanya pas, dan stabil, selain itu suaranya agak serak dan membuat kesan agak sedikit ‘rock’ pada suaranya. Penjiwaannya pas, kalau tadi aku merinding karena suaranya Soyeon, sekarang aku terharu karena suaranya Tiffany.
“Oke, yang terakhir, Kim Taeyeon…” Tanda dari Ms. Sunny yang menandakan bahwa sekaranglah giliranku.
“Apa yang akan kamu nyanyikan Taeyeon?” Tanya Mrs. Boa yang merupakan guru vokal kelas Vocal 1.
“Saya akan menyanyikan lagu ‘I Will be waiting for You’ (lagunya Seohyun).”
“Great… Bernyanyilah yang bagus, jangan kecewakan penyanyi aslinya.” Kata Mr. Yesung.
Aku bernyanyi sebisaku, semampuku, dan sepenuh hatiku. Dan ketika aku selesai menyanyikan lirik terakhir, sorak sorai para murid lain terdengar begitu nyaring di ruang aula ini, sepertinya mereka menyukainya. Syukurlah.
“Baiklah, kamu boleh kembali.” Kata Ms. Sunny. “Pengumumannya satu jam lagi, jadi kita istirahat selama satu jam dan kembali lagi berkumpul di sini untuk mendengar hasil pengumumannya.” Lanjutnya.
***

“Apa aku bilang, mereka pasti terpukau dengan suaramu… Iya gak Lun?” Luna pun hanya mengangguk penuh semangat untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
“Syukurlah… Ini juga berkat kalian, kalian yang menumbuhkan kepercayaan diriku.”
“Itulah gunanya sahabat.” Dan kamipun berpelukan dengan sangat erat.
Teeeeeeeeeeennnnnnnnnnnggggggg…
Bel tanda berkumpulpun terdengar, kami dengan sigap langsung menuju aula utama Kirin Art School.
“Baiklah, dimohon maju, kepada; Sandara Park, Kim Hyorin, Park Jiyeon, Jang Wooyoung, Kim Jonghyun dan Cho Kyuhyun dari kelas Vocal 1. Tiffany Hwang, Jessica Jung, Seo Juhyun, Kim Taeyeon, Park Soyeon dan Luna Park dari kelas Vocal 2. Serta Wang Fei Fei dari kelas Vocal 3.” Perintah Ms. Sunny.
Kami ber-13 pun maju dan berjejer sesuai urutan nama yang disebutkan tadi. Deg-degan rasanya, kalau aku berhasil mendapat peran di drama ini walaupun kecil, pasti mama akan bangga padaku.
“Hanya ada 7 pemeran utama disini, oleh karena itu kami memilih berdasarkan rata-rata dari penilaian kalian, bukan hanya pada audisi menyanyi, tapi juga pada audisi menari dan acting. Dan yang akan membacakan hasil ini adalah kepala sekolah kita Mrs. Choi Sooyoung.”
“Baiklah, tanpa berpanjang lebar… Yang pertama… Dari kelas Vocal 1, selamat kepada Kim Hyorin, Kim Jonghyun, Sandara Park dan Jang Wooyoung. Dari kelas Vocal 2, selamat kepada Jessica Jung, Tiffany Hwang dan Kim Taeyeon. Dan maaf dari kelas Vocal 3, Wang Fei Fei, kemampuanmu masih belum memenuhi kualifikasi para juri.”
Astagaa… Hatiku serasa hancur, mereka, sahabatku, Luna dan Soyeon, tidak lulus?? Padahal suara mereka bagus, acting dan tarian mereka pun lumayan, bahkan lebih bagus dariku. Aku tidak mengerti dengan semua penilaian ini.
“Sudah kami duga…” Kata Luna parau.
“Apanya?” Tanyaku.
“Selain skill, mereka juga melihat fisik, dan kau lihat, kalau kami…”
“Stop…” Sergahku. “Ini tidak adil… Sungguh.”
Tiba-tiba ditengah kesedihanku, Ms. Sunny kembali memegang microphone dan hendak kembali mengucapkan sesuatu.
“Kami para juri sudah berdiskusi, sejujurnya memang hanya ada 7 main casting disini, namun keenam peserta yang lain, yang tidak lolos layak mendapat kesempatan, jadi kami memutuskan untuk menambah main castingnya dari 7 menjadi 14, dan berhubung hanya ada 13 peserta yang lolos sampai ketahap akhir, maka akan kami adakan lagi audisi untuk memilih satu orang yang beruntung yang akan bergabung.” Jelas Ms. Sunny.
Terdengar sorak sorai dari para peserta dan murid-murid lain terutama mereka yang tidak terpilih, khususnya Luna dan Soyeon. Akupun turut bersuka cita, karena akhirnya Luna dan Soyeon dapat ikut berlaga denganku di panggung sandiwara. Lalu, audisi ulangpun dilaksanakan, dan yang bergabung sebagai member ke-14 adalah Dong Taeyang dari kelas Vocal 3, terlihat bahwa orang yang paling senang karena terpilihnya Taeyang adalah Fei, dan sebaliknya Sandara yang terlihat paling tidak menyukainya.
“Baiklah selamat untuk ke-14 member, dan kita melakukan latihan setiap hari sepulang sekolah sampai selesai, latihan dibagi menjadi 4 tahap yang akan dilaksanakan dari minggu ini sampai 3 minggu kedepan, sama seperti audisi, minggu pertama untuk mengasah dialog dan latihan penjiwaan dalam setiap karakter latihan dilakukan diruang seni drama. Minggu keedua koreografi dalam setiap lagu yang dinyanyikan, serta latihan fisik dan tata panggung, dilakukan di ruang kaca dan aula olahraga.
“Minggu ketiga untuk latihan vokal dan penjiwaan lagu di ruang music and vocal coaching. Dan minggu terakhir untuk gladi resik di aula utama Kirin, jadi selama sebulan ini, saya harapkan kehadiran kalian full, tanpa ada kurang satu memberpun kecuali ada hal-hal tertentu. Mengerti!” Jelas Ms. Hyoyeon, wow terlihat sekali kalau dia merupakan guru yang paling tegas disekolah ini.
“Mengerti!” Jawab kami secara kompak.
***

-Minggu pertama-

Minggu ini merupakan minggu acting, dan yang menjadi guru pembimbing kami selama seminggu kedepan adalah Mrs. Im Yoona, guru acting terbaik di Kirin. Ia guru yang berperingai ramah, cantik, tinggi, berkulit putih, dengan rambut cokelat panjang sebahu yang dibuat sedikit bergelombang, benar-benar sosok idaman seorang pria.



“Oke, Hai semua. Sekedar informasi disini saya dan guru pembimbing lain tidak akan memberikan materi mengenai acting, maupun dance dan vocal karena itu semua sudah kalian dapatkan setiap hari di kelas, namun kami hanya akan fokus dengan eksekusi dari drama musical ini,
“Dan yang pertama akan saya lakukan adalah memilih pemeran utama protagonis untuk wanita dan pria, baik… Bagi wanita silakan kalian baca skrip ini serta skrip ini untuk yang pria dan berhubung hanya satu bait, maka waktu latihan kalian adalah selama lima menit.”
Cerita ‘Princess Katerinna and the Witches’ adalah kisah perjuangan seorang putri cantik, Katerinna yang mencoba menyelamatkan kerajaannya dari kutukan penyihir kembar cantik jahat yang malas, Terremar dan Maressen. Ia pergi bersama kekasihnya Pangeran Rolland dan mencari 3 peri penjaga, Medina, Glosia dan Serry. Ketiga peri itu tau cara mendatangkan salah satu keturunan Ratu Sellema, ratu terkuat dikerajaan peri.
Namun ternyata ketiga peri justru mengubah Putri Katerinna menjadi Ratu Katerinna, hal ini terjadi karena sebenarnya didalam diri Katerinna masih terdapat darah Ratu Sellema dan Katerinna tidak pernah mengetahui hal itu. Didalam perjalanan mereka bertemu dengan banyak halang rintang, mulai dari perampok, monster troll, sampai para peri hitam pembantu milik Terremar dan Maressen.
Dan dialog yang sedang kami pegang adalah dialog dimana sang putri berkata “Matilah kau Maressen!” Sambil menghunuskan pedang Ortdof ke jantung Maressen. Lalu sang putri berkata “Sekarang giliranmu Terremar! Terima ini!” sambil meloncat kearah Terremar dan menusukan pedang Ortdof tepat diatas kepala Terremar.”
“Waktu selesai anak-anak.” Mrs. Yoona memberi tanda, bahwa waktu latihan telah selesai.
“Yang saya panggil silakan maju. Baiklah mulai dari kau Seohyun.”
“Matilah…”
“Cut!” Potong Mrs. Yoona. “Terlalu flat, datar tanpa ekspresi.”
“Hyorin.”
“Matilah…”
“Cut! Apa-apaan kau ini, intonasinya kurang yang keras. Bukankah aku selalu bilang dikelas, kalau intonasi, ekspresi, artikulasi, sangat dibutuhkan dalam seni peran, jadilah berani, tangguh dan anggun seperti Katerinna.”
“Jiyeon.”
“Matilah kau…”
“Cut! Baru saja aku mengatakan, artikulasi jiyeon, artikulasi, a i u e o, ingat itu sangat penting, essential.”
“Sandara.”
“Matilah kau Maressen!” “Sekarang giliranmu Terremar! Terima ini!”
“Cut! Cukup baik.”
“Tiffany…”
“Matilah kau Maressen!” “Sekarang giliranmu Terremar! Terima ini!”
“Cut! Bagus Tiffany.”
Semua peserta telah diuji hingga pada akhirnya tiba giliranku.
“Taeyeon.”
“Matilah kau Maressen.” “Sekarang giliranmu Terremar. Terima ini!”
“Cut!” Mrs. Yoona tidak memberikan komentar apa-apa, aku rasa penampilanku biasa-biasa saja.
“Bagus Taeyeon, bagus.” Kata Fei yang duduk disebalahku.
“Apanya? Kalau memang bagus pasti Mrs. Yoona akan memberikan komentarnya.”
“Baiklah, berdasarkan keputusan dan penampilan, yang mendapatkan perannya adalah Kim Taeyeon. Selamat!”
“Selamat yaa…” Kata Luna dan diikuti ucapan selamat dari peserta yang lain dan tentu saja Wooyoung. Dan aku lihat Tiffany dan Sandara tampak tidak senang.
“Lalu, sang pangeran akan diperankan oleh Jang Wooyoung.” Semuanya ikut bertepuk tangan untuk kemenangannya. Akupun ikut senang karena nantinya aku akan beradu peran dengan Wooyoung.
“Untuk peran Terremar, selamat kepada Tiffany serta Maressen selamat kepada Sandara,” Kami kembali bertepuk tangan, namun nampaknya mereka tidak senang dengan peran yang mereka dapat.
“Medina, Glosia dan Serry akan diperankan oleh Luna, Soyeon serta Fei. Dua perampok, Donner dan Gorse oleh Jonghyun dan Kyuhyun. Troll oleh Taeyang. Terakhir, 4 peri hitam Jona, Hona, Sona dan Yona diperankan oleh Jessica, Hyorin, Seohyun serta Jiyeon.” Kata Mrs. Yoona.
“Baiklah, kalau begitu sampai jumpa besok dengan naskah full.” Lanjutnya.
***

Semua murid terlihat sudah pulang. Dan ketika aku hendak ingin beranjak, tiba-tiba Sandara dan kedua dayangnya menghampiriku.
“Kalau dinaskah nanti ada adegan dimana Maressen menyiksa Katerinna, aku akan benar-benar melakukannya.” Katanya yang membuatku bergidik ngeri.
“Dan kalau ada adegan dimana Terremar merebut Rolland, aku akan melakukannya dengan baik.” Tiba-tiba Tiffany datang dari arah yang berlawanan tentu saja juga dengan kedua pengawalnya.
“Lalu Maressen merebut sang pangeran dari Terremar, membunuh Terremar serta menikahi Rolland.” Waw, aku bertanya, kenapa jadi mereka yang menentukan alur ceritanya?
“Yaa… Hanya dalam mimpimu Maressen… Dalam mimpi.” Nada bicara Tiffany benar-benar memancing pertengkaran.
Dan benar saja mereka berdua mulai cakar-cakaran, jambak-jambakan, dan berteriak dengan kata-kata yang tidak baik satu sama lain. Tiffany dengan Sandara, Jessica dengan Hyorin serta Seohyun dengan Jiyeon. Dan akupun memutuskan untuk menghindar dari huru hara yang sama sekali tidak menarik ini.
Tapi apa yang terjadi berikutnya? Ternyata mereka melihat aku yang hendak lari dari pertengkaran ini dengan muka yang marah serta haus darah. Aku berlari sekuat tenaga, namun Terremar, Maressen dan keempat peri hitamnya mulai mengejarku. Lari mereka benar-benar cepat, bagai terbang seperti hantu.
Sayangnya setiap kelas sepertinya sudah dikunci sejak sejam waktu pulang kami tadi sore. Aduh bagaimana ini? Aku mulai panik, mereka akan mencabik-cabikku jika berhasil menemukanku. Dan ketika aku berlari secara tiba-tiba ada orang yang menarikku lalu merapat kedinding. Ia membekap mulutku dengan tangan kanannya serta tangan kirinya digunakan untuk memegangiku.
Ia membawaku keruang latihan dance, yang baru aku tau bahwa ruangan ini tidak dikunci seperti ruangan lainnya. Ruangan ini sangat hampa dan tidak terdapat banyak barang, tidak ada meja dan kursi untuk siswa, dan dindingnya terbuat dari kaca. Kami bersembunyi dibelakang sebuah meja, meja guru aku rasa. Dari sebuah jendela, kulihat Seohyun dan Jessica mengintip keruangan ini, lalu karena mereka merasa bahwa tidak ada apa-apa, mereka langsung memutuskan untuk pergi.
“Sepertinya mereka sudah pergi…” Kata sang penyelamatku. Sepertinya aku kenal suara itu, dan benar saja. Ketika aku menoleh wajah yang sudah tak asing lagi bagiku berada disebelahku. Ia adalah Wooyoung.
“Sepertinya sudah.”
“Kenapa kau cari masalah dengan para penyihir itu?” Tanyanya.
“Ceritanya panjang. Sekarang bagaimana cara kita keluar tanpa diketahui mereka?”
“Kita tunggu, aku yakin setelah mereka mencari kau selama sepuluh menit, nantinya mereka akan kelelahan lalu menyerah dan pulang.”
“Sepuluh menit? Apa kau yakin secepat itu?”
“Sangat yakin, tipe gadis-gadis manja seperti mereka sudah gampang ditebak bagaimana sifatnya.”
“Baiklah.”
Selama kita menunggu, sama sekali tidak ada percakapan diantara kami, jangankan ngobrol, menatap matanya pun aku ragu. Aku selalu menghindar ketika ia mencoba untuk menatapku.
“Ayo, kita pergi sekarang,” Ajaknya. Akupun hanya mengangguk.
“Kamu, aku antar pulang ya?”
“Ahh… Gak usah repot-repot, rumahku deket kok, cuma di ujung blok ini.”
“Yaudah gak apa-apa, sekalian biar aku tau rumah kamu, biar gampang kalo nanti aku mau latihan bareng. Yaa… Mau ya aku antar?”
“Yaudah kalo maksa.”
“Siippphh,” Katanya sambil membuka pintu depan mobil sportnya, dan mempersilakan aku untuk naik. “Silakan…”
“Thanks…” Kataku yang agak salting diperlakukan seperti itu.
Perjalanan hanya memakan waktu lima menit karena memang jarak yang sangat dekat.
“Ini rumahku.” Kataku. “Mau mampir dulu?”
“Mau banget sih, tapi udah kemaleman, kapan-kapan aja yaa…”
“Oh yaudah, sampai jumpa besok ya…” Kataku sambil hendak membuka pintu, namun ia menahannya.
“Tunggu…” Katanya sambil berlari keluar, lalu memutari bagian depan mobilnya dan berdiri tepat disebelah luar pintu mobil dan membukakannya.
“Silakan…” Katanya lembut.
“Terima kasih sekali lagi.” Jujur sikapnya yang benar-benar gentle itu membuatku makin jatuh hati padanya.
Tunggu… Tadi aku bilang aku jatuh hati??? Ohhh… Tidak tidak, tidak boleh… Jatuh hati dengan Wooyoung sama dengan cari perkara dengan dua primadona itu… Enggak, jangan sampe aku jatuh hati sama dia.
***

Hari demi hari selama latihan di minggu pertama ini kami habiskan dengan menghapal dialog, berlatih ekspresi, intonasi, artikulasi dan mimik serta gesture tubuh. ada juga bagian dimana nanti aku dikaitkan pada sling lalu diangkat untuk membuat efek seolah-olah aku terbang. Sangat menyenangkan namun aku hanya mendapat kesempatan dua kali, pada saat aku diubah menjadi Ratu serta saat membunuh Terremar. Yang paling sering adalah Tiffany dan Sandara bahkan mereka terbang dengan sapu terbangnya, tapi sepertinya mereka tidak begitu suka dengan adegan yang menggunakan sling.
“Astagaaaa… Aku lupa dialognya Mrs.” Kata Sandara yang kembali lupa dialognya.
“Sandara, ini sudah ketiga kalinya… Baiklah turunkan dia… Ini bawa naskahmu dan ini berikan pada Tiffany.” Kata Mrs. Yoona sambil memberikan dua buah naskah dan menunjuk Tiffany yang masih bergelantungan dengan sling diatas.
“Action!” Terian Mrs. Yoona.
“Mereka akan rasakan kekejaman kita, iyakan Terremar?”
“Pastinya saudaraku tersayang. Hahahaha…”
“Ahhhhhhhh…” Mereka berdua mendadak histeris karena hilang keseimbangan diatas.
“Kau ini makanya jangan banyak bergerak.” Tuduh Sandara.
“Enak aja, kamu tuh yang dari tadi bergerak mulu, pake teriak lagi, bikin panik aja.”
Dan merekapun mulai cakar-cakaran lagi diatas sana. Tidak dimanapun, tidak didarat, tidak diudara mereka tetap saja bertengkar. Ckckck…
“Sudah, sudah jangan bertengkar!” Mrs. Yoona mencoba untuk melerai. “Ayo kita mulai lagi…”
Dan begitulah mereka mencoba adegan itu sampai lima kali, sampai akhirnya mereka benar-benar berhasil. Itu baru satu adegan, mereka masih punya lima adegan lagi yang menggunakan sling. Yaaahh… Semoga saja mereka sanggup.
Selain itu aku juga mendapat adegan yang menantang, selain saat harus adegan bertarung dengan dua perampok, adegan menantang yang lainnya adalah ketika aku harus… Mencium Rolland alias Wooyoung.
Jadi, setelah Maressen dibunuh, Terremar merasa sangat dendam, ia tau ia tidak akan dapat mampu melawan Ratu Katerinna, oleh karena itu rasa dendamnya ia tuangkan kepada kekasihnya Rolland dengan mengutuknya tertidur untuk selamanya. Ratu Katerinna merasa sedih, ia menangis dan air matanya jatuh di pipi sang pangeran. Selanjutnya sang Ratu mencium bibirnya sampai pada akhirnya Rolland kembali sadar.
Dan pada sesi latihan aku hanya selalu berpura-pura menciumnya. Jadi, bibirku dan bibirnya tidak bersentuhan namun hanya berjarak kurang dari 5 centimeter. Sebenarnya saat dipanggungpun aku dapat melakukan hal itu, namun Mrs. Yoona memaksaku untuk benar-benar melakukan ciumannya selama lima detik, agar lebih terasa nyata katanya.
Mimpi buruk, mereka, Terremar dan Maressen pasti akan mengutuk, menyihir dan membinasakanku kalo aku benar-benar menciumnya. Selama latihan bahkan diluar latihan mereka selalu mencoba untuk mem-bullyku, menumpahkan minuman, menempelkan permen karet di sepatuku, bahkan Sandara hampir melakukan kontak fisik (read: memukul), untungnya tidak terjadi karena dilerai oleh sahabat-sahabatku.
Mungkin sudah puluhan kali mereka mem-bullyku. Namun aku mencoba bertahan, dan berharap suatu saat nanti mereka akan berubah. Karena aku percaya, keajaiban itu akan datang dan dapat merubah apapun dari yang gelap menjadi terang, dari yang hitam menjadi putih, dan dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar