Hyoyeon!

Hyoyeon!
OMO... How perfect she is, right?

Kamis, 16 Mei 2013

My #1st Fan Fiction (Princess Katerinna and the Witches) Part 5


Dimalam yang benar-benar bersejarah ini kami sangat bersemangat. Semua sudah bekerja keras selama sebulan ini dan malam ini kami akan menunjukan semua kerja keras kami. Kami akan menampilkan yang terbaik. Kami berjanji.
Masing-masing dari kami sudah siap dengan segala perlengkapan. Kami sudah berdandan habis-habisan untuk peran kami masing-masing. Aku benar-benar mengharapkan kehadiran papa disaat-saat seperti melihatku dalam wajah yang berbeda wajah yang lebih cantik, ia pasti akan sangat bangga kepadaku.



Bukan hanya kami yang terlihat berbeda, guru-gurupun juga terlihat berbeda. Aku lihat mereka makin cantik terutama guru-guru pembimbing kami yang aku lihat duduk dibarisan paling depan bangku penonton.
Mrs. Yoona datang dengan potongan rambut yang anggun serta dress yang tidak kalah anggun. Mrs. Yuri dengan gaun biru tuanya serta rambut yang simple sangat terlihat cantik. Ms. Hyoyeon, dia menggunakan pakaian hitam-putih yang lucu dan imut dengan pita besar dileher dan rambut yang diikat kebelakang, benar-benar membuatnya terlihat menawan.
Ms. Sunny melakukan perubahan dengan rambutnya, ia memotong lebih pendek rambutnya, selain itu ia mengenakan gaun merah pendek yang sesuai dengan tubuhnya. Mrs. Sooyoung datang dengan potongan rambut yang terlihat dewasa serta gaun panjang yang cantik bak putri dongeng, ia sangat terlihat anggun.



Dan sekaranglah saat-saat dimana kami akan memulai pertunjukan. Menciptakan sejarah dalam hidupku. Tampil didepan banyak orang terkemuka Korea, bahkan dunia karena aku melihat beberapa artis Hollywood disana. Ini adalah moment-moment yang tidak akan terjadi dua kali dalam hidupku. Thanks God atas kesempatan yang indah ini.
Dari belakang layar ini aku dapat melihat ada sesosok wanita cantik yang berusia 30an baru saja memasuki gedung dengan langkah anggun dan pasti. Ia memakai gaun panjang yang indah berwarna putih. Rambutnya ditata sedemikian rupa sehingga ia terlihat dewasa. Ia menuju bangku kosong disebelah Mrs. Sooyoung dan duduk disana. Wanita itu adalah ibuku, ia datang dengan wajah bahagia dan bangga. Aku menitikan air mata, karena pada akhirnya aku benar-benar sudah dapat membanggakan ibuku.
***

Acara sudah dimulai, rangakai demi rangkaian acarapun dilaksanakan dengan baik. Hingga tiba giliran kami, sang presenter memberikan kesempatan pada Mrs. Choi Sooyoung untuk memberikan kata-kata sambutan sebelum kami tampil.
“Anak-anak ini, sudah bekerja keras, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran. Menghapal setiap dialog, gerakan, lirik, nada. Mendedikasikan diri mereka. Melewati masalah demi masalah… Dan kalian harus tau bahwa Kirin Art School benar-benar bangga pada apa yang kalian telah lakukan.” Kata Mrs. Sooyoung.
“Baiklah kalau begitu, mari kita sambut putra-putri kebanggaan Kirin Art School membawakan drama musical yang berjudul ‘Princess Katerinna and the Witches’.” Lanjutnya.
Sorak sorai penonton menggema digedung yang dapat menampung lebih dari seribu orang ini. Sepanjang drama berlangsung penonton tampak tenang saat adegan yang menegangkan, tertawa saat si penyihir kembar menari shuffle bahkan terharu saat Rolland bangun dari sihir setelah dicium oleh Katerinna.
Kami semua berhasil, tidak ada kesalahan nada, dialog maupun gerakan, bahkan Jessica pun sempurna dalam memainkan peran barunya. Kami diberi banyak tepuk tangan. Setelah selesai kami semua berderet di panggung untuk membungkuk memberi hormat. Dan ketika kami semua bangun dari ‘bow’ yang kami lakukan. Di bangku paling atas, disudut sebelah kiri Tiffany tampak menonton, ia menutupi wajahnya dengan topeng putih. Dengan mata yang banjir oleh air mata. Ia bertepuk tangan lantas pergi dengan dikawal dua orang polisi.



Yang aku tau ia masih dalam masa penyelidikan, dan jika terbukti kalau ia bersalah maka ia akan dipenjara selama 30 tahun karena terror yang ia lakukan sehingga membuat Soyu meninggal serta percobaan pembunuhan yang direncanakannya terhadap diriku dan Sandara. Jujur aku tidak tega dengan ini semua, aku merasa kasihan dengannya. Tapi hukum harus ditegakan, dan ini juga sebagai pelajaran bahwa siapa yang menabur angin, ia yang menuai badai.
“Yeeee… Kita berhasil tanpa cacat, tadi kalian liat gak Paris Hilton bahkan standing applause untuk kita. Sumpah sesuatu banget malam ini.” Kata Soyeon bersemangat ketika kami berada sudah berada di backstage.
“Iyaaa… Dan tadi Sungmin sama Siwon Super Junior juga heboh banget tepuk tangannya.” Tambah Luna tidak kalah bersemangatnya.
“Yuuhuu… Misi pasangan baru mau lewat.” Mendadak Taeyang datang menggandeng Sandara dengan mesra.
“Kamu?? Sama Sandara??” Tanya Hyorin. Sandara hanya mengangguk tanda mengiyakan.
“Whaaaaa… Selamaaaatttt… Akhirnya kau mendapatkan yang terbaik juga…” Kata Jiyeon tidak kalah heboh.



Ternyata setelah turun panggung Taeyang langsung menarik Sandara dan menyatakan cintanya yang langsung dijawab iya oleh Sandara. Hmm… Memikirkan hal itu, aku jadi iri, apa mungkin Wooyoung juga akan menyatakan perasaannya padaku? Ah, jangan terlalu berharap.
“Kamu iri ya?” Tanya Luna menebak isi hatiku.
“Enggak kok!” Bantahku.
“Jangan bohong, entar hidungnya tambah panjang lho…” Ledek Soyeon.
“By the way Wooyoung kemana ya? Sejak turun dari panggung ia sudah tidak terlihat lagi.” Kata-kata Fei menyadarkanku, memang sejak tadi aku tidak melihat Wooyoung.
“Taeyeon… Maukah kau jadi pacarku?” Teriak seseorang.
Aku menoleh mencari sumber suara itu dan yang aku dapati sumber suara itu berasal dari seorang laki-laki, ia adalah Wooyoung, datang dari pintu keluar membawa seikat bunga mawar merah yang cantik. Aku tidak percaya ia akhirnya menyatakan perasaannya padaku, sungguh aku sangat kaget dan tidak bisa berkata apa-apa.
“Maukah kau menjadi pacarku?” Ulangnya karena merasa tidak mendapat jawaban dariku. Namun aku tetap diam, tidak bisa berkata-kata.
“Terima… Terima… Terima…” Kata Teman-teman yang lain sambil bertepuk tangan. Lalu Wooyoung mendekatiku. Aku gugup, namun aku memantapkan hatiku untuk mengatakan…
“Maaf, aku enggak bisa…” Kataku. Mereka semua tampak kecewa terlebih Wooyoung. “Enggak bisa menolakmu untuk masuk kehidupku…” Lanjutku yang disambut tepuk tangan yang meriah.
“Terima kasih, aku akan menjagamu dan menjadikanmu satu-satunya dalam hidupku.” Katanya sambil memelukku erat.
“Aku percaya,” Kataku, lalu mulai melonggarkan pelukannya.
Semua yang berada di ruangan ini seakan ikut merayakan hari jadi kami ini, tak terkecuali Sandara juga teman-temannya dan teman-teman Tiffany. Aku pun berharap semoga disana Tiffany juga ikut senang dengan hari jadi kami ini. Semoga…



***

~ Author Point of View ~
Disuatu tempat yang lain…
Seorang gadis berambut merah merenungi nasibnya. Ia sedih, depresi dan frustasi. Ia dendam, ia marah tapi ia juga menyesal, menyesal karena gagal, ia mulai menangis namun air matanya tidak keluar setetespun. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menuntut pembalasan dendam dan merebut apa yang tidak pernah ia miliki; Jang Wooyoung. Gadis itu tidak lain adalah Tiffany Hwang. Ia menunggu masanya untuk membalas kekalahannya kepada gadis yang bernama Kim Taeyeon.
Dalam keheningan dibalik jeruji ia berbicara sendiri. Namun kata-kata itu ditujukannya pada dua insan yang tidak berdosa yang berada jauh dari tempatnya berada sekarang. Ia berkata;
“Tunggu aku Taeyeon kau akan menerima balasannya… Tunggu aku Wooyoung kau akan segera menjadi milikku… Hahahahahahahaaaa…”


~- The__End -~

-to be continued-

My #1st Fan Fiction (Princess Katerinna and the Witches) Part 4


-Minggu keempat-

Mulai minggu ini adalah minggu terakhir bagi kami untuk latihan. Kami sudah semaksimal mungkin menghapal naskah, setiap gerakan dan tarian, juga lagu. Dan minggu ini akan menjadi penyempurnanya, seminggu full ini kami akan gladi resik, sehari sekali gladi resik. Dan ditiap akhir latihan akan ada evaluasi dari penampilan kami.
Yang kali ini menjadi guru pembimbing kami adalah Mrs. Choi Sooyoung, yang merupakan kepala sekolah Kirin. Ia wanita yang tinggi dengan wajah yang manis, rambut panjang cokelat bergaya formal. Pribadi yang anggun dan ramah, dia juga terkenal baik.



Yang aku tahu ia lulusan Kirin, dan merupakan salah satu lulusan terbaik. Kontribusinya besar dalam ikut membangun Kirin hingga seperti ini. Jangankan untuk Kirin, dedikasinya pada dunia hiburan Korea juga putut diberi penghargaan. Ia merupakan seorang diva pop ternama, pemain drama yang handal juga dancer yang berbakat. Satu lagi, ia juga merupakan kepala sekolah yang hebat.
“Ayo, sekarang semuanya ada diposisi masing-masing…” Kata Mrs. Sooyoung memberi aba-aba. “Siap! Rolling! And action!”
Pertunjukan pun dimulai, drama yang berdurasi 2 jam ini memiliki alur yang mudah dipahami oleh setiap kalangan. Ceritanya mirip seperti serial-serial cerita Barbie yang bertualang.
“Bagus… Kalian semua sudah matang dalam segi acting, tarian kalianpun menarik, suara kalian juga tidak usah diragukan lagi.” Kata Mrs. Sooyoung memuji penampilan kami. “Hanya saja, ada beberapa kekurangan, dan sayangnya masing-masing dari kalian memiliki kekurangan itu.” Lanjutnya.
“Tiffany dan Sandara, kalian terlihat kurang kompak, kalian tidak terlihat seperti saudara yang saling menyayangi, justru saling membenci. Taeyang, kau seharusnya lebih terlihat membenci sang putri karena sang putri sempat membuatmu kesal, tadi kau justru terlihat sangat dendam dengan sang pangeran, apa kau ada masalah dengan Wooyoung?
“Ketiga peri penjaga dan keempat peri hitam, suara kalian kurang harmonisasinya. Kedua perampok, tadi kalian kehilangan satu dialog saat berhadapan dengan putri dan pangeran.
“Wooyoung, di lagu ‘A Whole New World’ suaramu kurang stabil. Dan Taeyeon saat kissing scene, kau terlihat amat sangat kaku. Aku ingin kau benar-benar mencium bibirnya... Mengerti semua?” Kata Mrs. Sooyoung menjelaskan kekurangan kita masing-masing.
Aku akui, pada saat kissing scene aku memang ragu untuk menciumnya karena aku belum pernah melakukannya. Selama ini pria yang aku cium hanyalah ayahku itu juga sudah lama sekali sebelum ia meninggal.
***

Dihari kedua, saat latihan tiba, aku benar-benar melakukan kissing scene itu dengan Wooyoung. Dan itu benar-benar membuatku malu, gugup dan takut. Rasanya agak aneh menyentuh benda lunak itu dengan bibirku sendiri. Tapi… Entah mengapa aku benar-benar deg-degan saat itu.
“Taeyeon! Cut!” Masih kurang chemistry-nya .” Kata Mrs. Sooyoung memotong. “Oke yang lain sudah bagus. Jadi kalian berkumpul disini… Kecuali Taeyeon dan Wooyoung.” Kata Mrs. Sooyoung kepada semua peserta sambil menunjuk bangku-bangku penonton disebelahnya.
“Jadi, Wooyoung, Taeyeon, lakukanlah kissing scene itu dengan benar, kami akan memperhatikannya dari sini. Dan kalau kami semua, aku dan teman-temanmu berpendapat bahwa ciumanmu sudah bagus, kalian semua boleh pulang.” Lanjutnya.
“Tunggu! Jadi mereka akan berciuman sampai…” Kata-kata Tiffany terputus.
“Sampai acting mereka natural dan bagus.” Kata Mrs. Sooyoung melanjutkan kata-kata Tiffany.
Aku melihat Tiffany dan Sandara melihatku sama dengan tatapan-tatapan sebelumnya, tatapan kebencian. Mereka benar-benar membuatku merinding, terutama Sandara, ia seperti memiliki sebuah rencana yang menakutkan.
“Action!!!” Kata Mrs. Sooyoung memberi aba-aba agar aku memulai adegan itu.
“Bagaimana?” Kata Mrs. Sooyoung ketika aku selesai melakukannya.
“Bagus, ayo kita sudahi ini!” Kata Sandara tidak sabar. Tiffanypun mengangguk memberi dukungan, baru kali ini aku melihat mereka kompak seperti itu.
“Siapa yang setuju bahwa itu sempurna. Angkat tangan.” Mrs. Sooyoung memulai untuk mengambil suara.
Dan yang mengangkat tangan ada Sandara, Tiffany, dan kawanannya. Sedangkan yang lainnya hanya diam sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Baiklah, berdasarkan suara, kalian harus memulai adegan itu lagi.”
Dan ketika selesai, pengambilan suarapun dilakukan kembali. Hal adegan itu aku lakukan kira-kira sebanyak puluhan kali. Wooyoung terus menerus memberiku semangat. Sampai pada akhirnya, pada percobaan yang kesekian kalinya, aku berhasil melakukannya.
“Angkat tangan kalian jika kalian merasa adegan itu sempurna.” Dan akhirnya semua mengangkat tangan kecuali Mrs. Sooyoung.
“Ayolah Mrs. itu sudah bagus.” Kata Tiffany membujuk. Dan bukan karena bujukannya Tiffany, akhirnya Mrs. Sooyoung mengangkat tangan dan memberi selamat atas actingku yang terlihat natural.
Jujur aku tidak suka, sama sekali tidak suka dengan adegan ini. Adegan ini membuatku selalu diawasi oleh kedua gadis itu. Dan itu agak membuatku risih. Tatapan itu seakan mengancamku, menungguku lengah agar dapat menjatuhkanku.
“Lebih baik kau kuantar pulang.” Kata Wooyoung yang datang tiba-tiba seusai kami selesai latihan.
“Tidak perlu, kau tau kan kalau rumahku dekat. Lagipula, mereka…” Kataku sambil melirik kearah Sandara dan Tiffany. “Tidak akan menyukainya.” Lanjutku.
“Tapi entah mengapa aku takut kau kenapa-kenapa, aku takut Sandara melakukan hal-hal yang nekat, terlebih setelah latihan tadi.” Katanya dengan nada dan wajah cemas.
“Tenang, aku akan baik-baik saja… Semoga…” Kataku sambil memegang pundaknya, dan pergi meninggalkannya.
***

Sepanjang jalan, entah mengapa sangat sepi malam ini, hanya ada satu atau dua mobil lalu lalang. Malam ini juga terasa lebih dingin dari malam-malam yang lain, bukan karena suhu udara yang turun, tapi karena rasa takut lebih tepatnya. Sedari tadi aku merasa ada yang mengikutiku. Tapi aku mencoba membuang jauh-jauh pikiran negatif itu dan tetap berjalan tenang.
Aku semakin panik, aku benar-benar bisa merasakan orang yang sedang mengikutiku, tapi aku tidak memiliki keberanian untuk menoleh. Ketakutanku sudah memuncak, aku memutuskan untuk mulai berlari namun ia pun mulai berlari mengejarku, aku semakin cepat ia juga mempercepat langkahnya. Aku berlari, tanpa melihat ke sekelilingku. Hingga akhirnya aku sadar bahwa aku sudah berada di depan gerbang rumahku.
Dengan panik aku membuka pintu gerbang itu dengan kunci rumah yang selalu kubawa, lalu kembali menguncinya dan memastikan sudah terkunci dengan benar karena aku takut ia nekat menerobos masuk. Aku membuka pintu rumahku dan langsung menuju kamarku dilantai dua.
Dari jendela aku melihat keluar, dan aku melihat sesosok orang yang mengenakan jubah hitam dengan tudung berada tidak jauh dari rumahku. Aku bergidik ngeri, penampilannya serta kemisteriusannya yang membuatku takut akan hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi padaku.
Sudah dua jam aku melihat ia, tetapi ia tetap tidak bergerak satu sentimeter pun dari posisinya. Saat pukul 12 malam ia baru menghilang. Entah kemana, tanpa meninggalkan jejak. Aku benar-benar penasaran apa maksud dan tujuannya… Aku harus lebih waspada…
***
“Apaa?! Siapa yang menerormu, hah?” Tanya Luna terkejut karena ceritaku tentang kejadian semalam.
“Entahlah, tapi aku takut ia berniat jahat.” Kataku mulai menitikan air mata karena takut.
Luna dan Soyeon yang merasa empati ikut menitikan air mata dan mulai memberikan pelukan hangat agar aku lebih tenang sambil mengucapkan kata-kata yang menguatkanku.
“Tenanglah Taenggu… Kau akan baik-baik saja, tenang, sebisa mungkin kami akan membantumu.” Kata Soyeon sambil mengusap air mataku.
“Positif Thinking. Siapa tau hari ini ia tidak akan mengikutimu lagi. Positif thinking aja Taenggu…” Kata Luna.
“Semogaa…” Kataku gemetar karena masih ketakutkan.
“Yasudah, mulai saat ini kami akan pulang bersamamu, untuk menemanimu.” Tawar Soyeon.
“Tidak usah, nanti aku justru merepotkan kalian. Rumah kalian kan tidak searah denganku. Kalau ia memang mengincarku biarlah asal ia jangan mengganggu kalian.”
“Hm…” Soyeon tampak berpikir, “Kalau begitu… Tunggu disini…” Katanya sambil beranjak pergi entah kemana.
Beberapa menit kemudian ia kembali dengan seorang pria, Wooyoung. Tapaknya ia sudah menceritakan kisahku padanya.
“Aku sudah dengar dari Soyeon tentang ceritamu semalam. Apa yang aku takutkan benar-benar terjadi. Aku tau jelas siapa pelakunya…” Kata Wooyoung dengan nada setengah berbisik.
“Siapa?” Tanya Soyeon penasaran.
“Salah satu dari dua orang yang tidak menyukai kedekatan antara aku dengan mu.”
“Tiffany?” Tebak Luna.
“Sandara!” Kata Soyeon dengan nada yakin.
“Sandara, tepat. Setiap ancaman yang keluar dari mulutnya bukan main-main sama sekali.” Kata Wooyoung.
“Lalu apa yang harus aku perbuat? Minta maaf padanya?” Kataku.
“Tidak mungkin semudah itu, kalau ia menganggapmu ancamannya ia akan terus mengejarmu, seperti yang ia lakukan pada Kang Soyu.” Kata Soyeon.
“Siapa itu Soyu?” Tanyaku polos.
“Ia kekasihku. Ia sudah meninggal setahun yang lalu. Kecelakaan.”
“Oh maafkan aku Wooyoung.” Wooyoung menggeleng.
“Entah murni kecelakaan atau rekayasa. Namun dari bukti-bukti sebenarnya ditemukan adanya luka tusuk serta bekas penganiayaan disekujur tubuhnya. Dan orang terakhir yang bersamanya saat itu adalah Sandara, sahabatnya sendiri.” Cerita Soyeon.
“Entah mengapa aku yakin bahwa pembunuhan keji itu dilakukan oleh Sandara. Karena Soyu selalu mengatakan padaku tentang semua ancaman Sandara.” Lanjut Wooyoung.
“Tapi kenapa Tiffany tidak diancam seperti itu?” Tanya Luna.
“Pertama, aku tidak pernah membalas cinta Tiffany, oleh karena itu ia tidak merasa terganggu, ia hanya merasa terganggu dengan wanita yang aku cintai. Kedua Tiffany tidak selemah Soyu dan Taeyeon, Tiffany sama kuat dengan dirinya.”
“Jadi gimana nih? Ada ide gak buat bantuin Taeyeon?” Tanya Luna.
“Hmm… Bagaimana kalau…” Tiba-tiba Soyeon mendapatkan sebuat ide dan mulai membisikannya kepada kita.
***

“Sepulang latihan nanti kita mampir ke café dulu yuk?” Kata Luna sengaja dengan suara keras agar Sandara yang berada tidak jauh dari kami dapat mendengarnya.
“Baiklah.” Jawabku dengan suara tidak kalah keras.
“Kau Wooyoung mau ikut gak??” Tanya Soyeon.
“Baiklah kalau ada Taeyeon disana aku pasti ikut…” Katanya dengan nada menggoda.
“Ciiiieeeee…” Kata Luna dan Soyeon menggoda.
“Aku boleh ikut gak?” Kata Tiffany yang muncul secara misterius. Dan belum sempat kami menjawab tiba-tiba…
“Aku boleh ikut?” Kata Sandara.
“Ih, apaan sih? Ngikutin aja!” Kata Tiffany sewot.
“Yee… Kamu tuh…”
“Sudah gak usah berantem.” Kataku melerai. Merekapun menatapku lagi dengan tatapan seperti biasa.
“Boleh, asal kedua dayang-dayang kalian tidak ikut.” Kata Luna memberikan syarat.
“Okey…” Kata mereka berdua berbarengan.
“Yasudah ayo kita berangkat.” Ajak Soyeon. Tiffany dan Sandara pun berjalan sambil menggandeng lengan Wooyoung, sebelah kanan Tiffany dan sebelah kiri Sandara. Mereka bersaing dalam menunjukkan kemesraannya.
Selama perjalanan menuju parkiran Sandara bersandar dibahu Wooyoung, dan seakan tidak mau kalah Tiffany juga bersandar dibahu kanan Wooyoung sambil mengelus-elus lembut lengan Wooyoung dengan mesra. Aku jadi agak cemburu melihat pemandangan yang ganjil itu.
“Akuuu duduk didepannn…” Kata Tiffany sambil berlari menuju mobil Wooyoung.
“Tunggguuu… Enak aja, aku yang didepaaaannn.” Kata Sandara mulai mengejar Tiffany.
“Kalian bisa lebih dewasa gak? Malu tau berantem mulu. Kalian masing-masing kan bawa mobil, gimana sih?” Kata Wooyoung.
“Gampang, nanti mobilku biar aku serahin ke Jessica biar dia yang nganterin kerumahku.” Kata Tiffany dengan semangat.
“Hyorin juga bisa aku suruh nganterin kerumahku, yang penting sekarang aku satu mobil denganmu dan aku duduk bersebelahan denganmu…” Kata Sandara.
“Oh iya, ngomong-ngomong, mobilnya kan cuma bisa untuk 5 orang, sementara kita ada enam orang.” Kata Soyeon mengingatkan.
“Suruh aja Taeyeon pulang, gampang kan?” Kata Tiffany.
“Enak aja, yang punya rencana awal kan aku, Luna dan Taeyeon, kalo mau kalian aja yang pulang.” Bentak Soyeon. Mereka berdua hanya membuang muka kearah berlawanan.
Akhirnya hal yang mengenaskan terjadi padaku. Aku yang mengemudikan mobil Wooyoung sementara Sandara, Tiffany dan Wooyoung duduk dibelakang dengan Wooyoung ditengah-tengah mereka tentunya. Sementara Luna dan Soyeon mengendarai mobil Tiffany yang tidak jadi dititipkan pada Jessica. Aku jadi merasa seperti supir yang mengantar seorang pengusaha beristri dua.
Sesampainya di café, Wooyoung memilihkan tempat didekat pintu masuk. Sudah sekitar satu jam kami disana membahas masalah sekolah, drama, dan lain-lain. Selain itu Wooyoung terlihat lebih perhatian padaku seperti membersihkan mulutku dari bekas es krim dengan tisu, sampai membereskan rambutku yang sama sekali tidak berantakan.
Sangat terlihat bahwa Tiffany tidak menyukainya, namun Sandara terlihat amat sangat tidak menyukainya. Setengah jam berikutnya Luna dan Soyeon pamit untuk pulang karena ada keperluan mendadak meninggalkanku dengan segala ke-angkeran ini.
“Maaf ya semua, kami pulang duluan.” Kata Luna.
“Byeee…” Kata Soyeon sambil tersenyum dan mendekatkan wajahnya ketelingaku. “Jaga dirimu ya.” Lanjutnya dan aku hanya mengangguk pelan.
Kira-kira satu jam berselang setelah perginya kedua sahabatku itu sampai akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Karena desakan Wooyoung akhirnya Tiffany pulang dan mengendarai mobilnya sendiri serta aku pulang dan mencari taksi yang masih kosong. Sedangkan Sandara masih di café menunggu Jiyeon menjemputnya.
Karena susah sekali mencari taksi yang kosong akhirnya aku memutuskan untuk menaiki bis dan aku perlu berjalan dulu sampai aku dapat menemukan halte bis yang rute-nya menuju kearah rumahku. Sekarang sudah jam sembilan dan daerah ini sangat sepi. Akupun mulai menggigil dan merinding karena hawa dingin malam ini.
Aku terus berjalan dalam diam sampai aku melihat sosok yang sangat tidak asing bagiku karena aku pernah melihatnya. Sosok orang berjubah hitam itu sedang berdiri dibawah lampu jalan yang cahayanya remang-remang. Ia mendekat, dan entah mengapa kakiku tidak ingin digerakan untuk menjauh darinya.
Tubuhku gemetar, keringat dingin membanjiri sekujur tubuhku, dan ketika ia semakin mendekat aku mundur dua langkah namun karena rasa gugup aku tersandung oleh kakiku yang lain dan terjatuh dalam posisi duduk. Pandanganku terus kearahnya ia dan tudung hitamnya benar-benar menakutkan.
Sekitar satu meter dari jarakku ia berhenti dan mulai membuka tudung kepalanya. Perlahan terlihat wajah yang benar-benar aku kenal namun diluar dugaan kami, orang itu adalah Tiffany. Ia tersenyum dan mulai menunjukan deretan giginya. Ia tersenyum puas atas rasa takutku.
“Kaget? Hah?” Katanya dengan suara yang terdengar misterius.
“Ti… ffa… ny? Mana mung… kin??” Kataku gugup.
“Kau pikir aku Sandara? Salah besar honey, salah besar…” Katanya sambil mengambil sesuatu dari kantung jubahnya, sebuah pisau lipat.
“Jangan-jangan kau yang…” Kata-kataku terpotong.
“Membunuh Soyu? Tebakanmu benar, aku yang memang aku yang membunuhnya.” Katanya.
“Kau kejam, tidak berprikemanusiaan?!” Kataku yang mulai berani. Ia tampaknya tidak senang dengan ucapanku, ia langsung berjongkok dan menarik daguku. Wajah kami jadi saling berhadapan, dan aku lihat tatapan yang benar-benar aneh darinya.
 “Berani kau membentakku, hah!!”
“Tiffany!!” Tiba-tiba sebuah suara menghentikan pembicaraan kami. Sandara terlihat kaget dengan apa yang ia lihat.
“Bagus kau ada disini, biar aku jelaskan kematian sahabatmu itu.”
“Soyu maksudmu? Jadi kau tau apa yang terjadi? Atau jangan-jangan kau yang membunuhnya?” Tuduh Sandara.
Tiffany langsung berlari kearah Sandara dan langsung memukul gadis itu berulang kali dibagian perut. Tampaknya Sandara benar-benar tidak dapat melawannya. Lalu dengan kasar Tiffany menarik tubuh Sandara serta menarik tubuhku juga hingga kesebuah persimpangan yang sangat sepi. Setelah merasa menemukan tempat aman, ia mendorong tubuh kami, kamipun jatuh terduduk.
“Saat itu dimalam setelah ia pulang les, aku sudah tau bahwa ia akan melewati jalan sepi demi menghindari kemacetan dimalam hari. Jadi aku mengendarai mobilku dan mengikuti mobilnya bermaksud untuk menerornya sama seperti yang aku lakukan padamu sekarang, mengenakan pakaian konyol ini. Namun tampaknya ia sangat ketakutan sampai kehilangan kendali dan menabrak sebuah pohon.
“Lalu aku mendekati mobilnya dan mendapati ia dalam keadaan sekarat. Dan pada saat itulah aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku memukulnya dengan tongkat yang sudah aku persiapkan serta menusukan pisau lipatku diperutnya hingga ia tidak bernyawa lagi. Dan baru ketika aku merasa puas aku pergi membiarkan mayatnya ditemukan orang lain besok.” Katanya dengan nada yang berat dan berbeda dari Tiffany seperti biasanya.
“Kejam sekali kau ini, tega-teganya kau ini. Salah apa Soyu padamu? Hah?” Tampaknya Sandara mulai marah.
“Diam kau, kau tau sendiri kan bahwa sahabatmu itu berpacaran dengan Wooyoung, dan aku tidak terima itu.”
“Kalau memang Wooyoung tidak menyukaimu, kau tidak bisa memaksakannya. Cinta tidak bisa dipaksakan. Kau tau itu!” Kata Sandara tegas.
“Kau pikir apa yang kau lakukan selama ini hah? Kau bahkan rela mengancam bunuh diri untuk mendapatkan cinta Wooyoung hah?” Bantah Tiffany.
“Dan aku baru tau kalau itu salah, aku tidak mau memaksakan cinta lagi.” Kata Sandara yang akhirnya sadar akan kelakukan buruknya selama ini.
“Sekarang biarkan kami pergi.” Lanjut Sandara.
“Tidak semudah itu, kalian sudah mendengar kejadian sebenarnya tentang Soyu, maka kalian tidak akan dapat pergi dengan selamat.”
“Apa yang akan kau lakukan?” Tanyaku.
“Ini!” Ia memperlihatkan pisau lipatnya dan mulai mengeluarkan mata pisaunya.
Saat ini Sandara dengan kuat menggenggam tanganku. Tidak pernah kulihat Sandara selemah ini, ia menangis, pasrah dan takut, tangannya pun dingin sedingin es. Tampaknya kekuatan Tiffany benar-benar tidak dapat ia tandingi. Tiffany mulai mengambil ancang-ancang.
“Sini kau!!!” Teriaknya sambil menarik Sandara dan menekan tubuh Sandara kedinding. “Kau yang pertama, semoga kau cepat menemukan sahabatmu di neraka sana!!!” Ia mengarahkan pisau lipatnya keperut Sandara, ia tidak menusukannya hanya menyentuhkan ujung mata pisaunya diperut Sandara.
“Ini yang akan kau terima jika kau telah tau banyak tentang rahasia diriku.” Ancamnya.
“Tidaaakkk! Jangaaan!” Teriakku yang juga merupakan sebagai tanda agar mereka datang keluar menyelamatkan kami.
Mereka langsung datang tepat waktu tepat sebelum Tiffany menusukan pisaunya, sesuai rencana Wooyoung dan yang lainnya datang dan langsung mengepung Tiffany. Wooyoung dan Soyeon memelukku, Jonghyun dan Kyuhyun menyergap Tiffany yang tampak panik serta Taeyang menenangkan Sandara. Tak lama berselang Luna dan Fei datang dengan beberapa mobil polisi.
Wooyoung berhasil merekam pembicaraan kami terutama pernyataan mengenai kematian Soyu, juga ancaman-ancaman Tiffany terhadap kami. Setidaknya itu bisa menjadi bukti yang kuat untuk menjebloskan Tiffany kepenjara dan mengamankannya untuk beberapa tahun kedepan. Kami semua benar-benar lega dan beberapa teman yang lain juga sempat tidak percaya dengan pengakuan yang mereka dengar dari Tiffany.
Selama ini kami menganggap Sandara lah biang keladi dibalik kematian Soyu, ternyata kami salah dan kami berhutang maaf padanya atas tuduhan tanpa bukti itu kepadanya, kepada Sandara.
***

Keesokan harinya, berita soal tertangkapnya Tiffany serta terbongkarnya kejadian sebenarnya tentang kematian Soyu menyebar dengan sangat cepat. Seisi sekolah geger dengan berita itu. Tak terkecuali Mrs. Sooyoung ia merasa malu, amat sangat malu dengan apa yang Tiffany lakukan.
Kedua sahabat Tiffany; Jessica dan Seohyun pun kaget dan merasa terpukul dengan apa yang menimpa ketua mereka. Mereka terlihat lebih murung dari biasanya. Sandara juga mengalami perubahan, sikapnya terhadap Wooyoung dan aku benar-benar sudah berubah. Ia jadi lebih bersikap biasa pada Wooyoung dan bersikap sangat ramah padaku.
Ia juga sepertinya mulai membuka hatinya untuk Taeyang laki-laki yang sejak dulu sekali sudah memberikan cinta yang tulus padanya. Dan perkembangan antara hubunganku dengan Wooyoung mulai mengalami progress yang baik kearah yang lebih serius. Sepertinya benar kata pepatah, habis gelap terbitlah terang. Setelah semua derita dan lukaku sekarang semua berubah 360 derajat menjadi lebih, jauh lebih baik.
***

“H-5 dan kita kehilangan salah satu pemeran utama?!” Kata Mrs. Sooyoung panik.
“Kita bisa mengganti judulnya dari ‘Princess Katerinna and the Witches’ menjadi ‘Princess Katerinna and the Witch’.” Saran Soyeon.
“Tidak mungkin, judul ‘Princess Katerinna and the Witches’ sudah tercantum didalam catalog acara amal tersebut. Terlalu beresiko untuk menggantinya.” Jelas Mrs. Sooyoung.
“Bagimana kalau salah satu dari kita menggantikan peran Tiffany??” Saranku.
“Iya Mrs. siapa tau ada yang cocok.” Dukung Sandara.
“Baiklah, mari kita mulai.”
Jadi, dari semua perempuan yang terlibat dalam drama ini - tidak termasuk aku dan Sandara - dicasting ulang satu persatu dengan menggunakan dialog, tarian serta lagu yang dinyanyikan Terremar. Dan dari semua perempuan-perempuan itu, yang paling sempurna dalam memerankan Terremar adalah Jessica, entah bagaimana caranya tapi ia benar-benar dapat menguasai peran Terremar. Selanjutnya karakter Jona salah satu peri hitam milik Terremar digantikan oleh Jiyeon serta karakter Yona salah satu peri hitam milik Maressen terpaksa dihapus.
“Oke semua… Kita sudah mendapatkan our new Terremar, so, let’s practice again.” Perintah Mrs. Sooyoung.
Karena ada beberapa pergantian peran, gladi resik yang seharusnya dilakukan sehari sekali jadi ditambah intensitasnya menjadi dua kali dalam sehari. Namun jujur itu membuatku sedikit bahagia, karena aku dapat berlama-lama bersama dengan Wooyoung.
***

My #1st Fan Fiction (Princess Katerinna and the Witches) Part 3


-Minggu kedua-

2 hari pertama adalah latihan fisik sebelum kami mulai masuk latihan menari dan koreografi, kami dibimbing oleh Mrs. Kwon Yuri. Dia guru yang terbilang ramah, cantik, tinggi, dan manis. Tapi dari semua itu yang paling menarik perhatianku juga teman-temanku yang lain adalah tubuhnya. Lingkar pinggangnya kecil dan membuat dia tampak lebih ‘seksi’ dibanding guru-guru yang lain.



“Sore semuanya… Untuk hari ini dan besok, kita akan mulai latihan fisik. Kita akan berlari, melompat, berenang, senam, yoga, selain itu saya juga akan mengatur pola makan kalian, makanan apa saja yang harus, boleh dan tidak boleh kalian makan. Jadi bersiap-siaplah.”
Latihan hari ini dimulai dengan pemanasan lalu berlari mengitari aula sebanyak 15 menit, dilanjutkan dengan senam selama sejam dan yoga. Cukup menyenangkan latihan bersama Mrs. Yuri ia cukup sabar dalam menghadapi kemanjaan kami.
Pada suatu ketika kakiku tidak sengaja menginjak kaki Seohyun. Kontan saja Seohyun langsung menjerit sambil merutuki perbuatanku. Lalu dengan sabar Mrs. Yuri datang dan memberi perhatian, ia tidak memarahiku atas kecerobohanku, ia hanya meminta agar aku tidak mengulanginya dan harus lebih berhati-hati lagi. Selanjutnya ia memberikan pertolongan pertama pada luka Seohyun yang tidak begitu parah.
Dihari kedua kami kembali latihan fisik, kali ini kami berenang, dan melatih kamampuan menahan napas kami didalam air. Yang memegang rekor terlama adalah Hyorin dengan waktu 4 menit, sedangkan dengan waktu tercepat hanya 2 menit adalah Jiyeon. Sedangkan aku sendiri hanya mampu 3 menit lebih sedikit.
“Sayuran… Makanlah sayuran setiap hari, itu harus menjadi makanan utama kalian setiap hari. Setelahnya makanlah buah, jangan lupa untuk banyak meminum air putih, jus, sari buah, susu segar. Hindari makanan yang berminyak karena akan merusak suara kalian, jangan pula meminum minuman yang dingin. Ingat jaga kondisi suara kalian serta kesehatan kalian. Oh iya istirahatlah yang cukup.” Begitulah kata Mrs. Yuri sebelum menutup sesi latihan kali ini.
***

Hari-hari selanjutnya diminggu ini adalah latihan menari, kami dibimbing oleh Ms. Kim Hyoyeon, salah satu dari 2 guru di Kirin yang belum menikah. Ia merupakan sosok yang cantik, dengan rambut lurus, pirang dan panjang serta senyuman yang unik membuat dia terlihat memiliki kecantikan yang berbeda dibanding guru-guru wanita lain.



Ia merupakan guru dance kelas Vocal 1, kualitasnya sudah tidak perlu diragukan lagi. Semasa sekolahnya ia habiskan di sekolah-sekolah tari yang terkenal di Korea, maka tidak heran kalau ia bisa hampir semua jenis tarian. Mulai dari hip-hop, ballet, sampai tarian-tarian latin. Aku jadi tertarik untuk diajar olehnya, sayangnya ia merupakan guru yang keras dalam mengajar jadi aku agak tegang jika harus berhadapan dengannya.
“Untuk Taeyeon dan Wooyoung, kalian akan berdansa selama 30 detik. Selanjutnya ada adegan Taeyeon dan ketiga peri penjaga yang menari ballet bersama, dan untuk para penyihir serta keempat peri hitam akan menari hip-hop, shuffle, waving dan popping.” Katanya menjelaskan jenis tarian apa yang akan kami tarikan saat pentas. “Jujur aku agak tertarik dengan yang terakhir.” Katanya sambil melihat si penyihir kembar dengan keempat dayang-dayangnya.
“Dimulai dengan ballet yang dilakukan Taeyeon dengan ketiga peri. Taeyeon, Soyeon, Luna, Fei kalian silakan maju.” Lalu kami berempatpun maju dengan ragu-ragu.
“Silakan kalian mulai menari ballet, aku ingin lihat kemampuan kalian.” Lanjut Ms. Hyoyeon.
Kami berempat mulai menari dan yang terjadi adalah kekacauan. Sikut kami saling bersentuhan, kaki kami saling menginjak satu sama lain bahkan Fei dan Luna saling bertabrakan hingga terjatuh. Teman-teman yang lainpun mulai tertawa.
“Kacau!!! Parah!!! Apa dikelas Vocal 2 dan 3 kalian tidak pernah diajari menari ballet oleh Mrs. Min??” Katanya dengan nada tinggi. Kamipun hanya diam termasuk teman-teman kami yang tadi tertawa, mereka mendadak diam.
“Kalian, tunjukkan pada mereka tarian ballet yang aku ajarkan.” Katanya sambil menunjuk ketiga muridnya dari kelas Vocal 1.
Jujur saja mereka menari dengan sangat baik, walaupun gerakan mereka berbeda satu sama lain, namun tetap terlihat harmonis dan cantik. Aku jadi malu, Mrs. Min memang selalu mengajarkan pada kami, para perempuan, cara menari ballet, namun entah mengapa selalu sulit untuk kami melakukannya. Dan di kelasku pun hanya Seohyun yang dapat menari ballet dengan sempurna, selebihnya?? Jangan ditanya.
“See?? Itulah yang namanya seni menari ballet, tidak seperti kalian.” Katanya tegas.
Namun dibalik kekejamannya ia masih menyimpan hati nurani, buktinya ia masih mau untuk mengajarkan kami menari ballet dengan baik dan benar dari awal posisi yang harus diambil oleh seorang ballerina sampai cara membungkuk yang baik untuk menghargai tepuk tangan penonton.
Dan hasilnyapun dalam waktu satu jam, aku dan ketiga temanku dapat menari ballet bagian kami dengan lebih baik dari sebelumnya. Bayangkan kami dapat menari ballet dengan benar dalam waktu kurang dari sejam oleh Ms. Hyoyeon bandingkan dengan Mrs. Min yang mengajarkan ballet pada ketiga temanku dari tahun pertama di Kirin, sangat berbeda jauh hasilnya. Itulah kehebatan dan kualitas Ms. Hyoyeon yang patut diacungi jempol. Aku jadi kagum.
Selanjutnya dansa antara putri dan pangeran sebanyak dua kali, diawal dan diakhir cerita dapat aku selesaikan dengan cepat, karena melakukan dansa ala kerajaan jauh lebih mudah bagiku. Tidak membutuhkan waktu lama, hanya setengah jam aku sudah dapat menguasainya.
Terakhir giliran keenam gadis cantik itu. Si kembar harus menari shuffle ketika berhasil merebut kerajaan dari tangan sang putri. Lalu menari hip-hop ketika berhasil menghalangi putri dengan troll peliharaannya serta popping dan waving dengan keempat peri hitam saat berhasil menjebak Rolland dan membuatnya benci kepada putri.
Namun sepertinya dance itu terlalu berat untuk mereka. Terutama untuk ketiga anak kelas Vocal 2, mungkin mereka terbiasa untuk modern sexy dance, sehingga mereka agak segan dalam menarikan jenis tarian ini, jenis tarian yang agak berbeda.
“Kenapa kalian?! Aku yakin Mrs. Min juga pasti sudah memberikan materi ini kan?!” Tanyanya pada Tiffany, Jessica dan Seohyun. Mereka hanya diam.
“Lalu kenapa kalian masih tidak bisa?! Guru kalian yang tidak becus atau kalian yang terlalu manja dan hanya mau menarikan sexy dance?! Hah?! Jawab!!” sepertinya Ms. Hyoyeon benar-benar kehilangan kesabarannya.
“Sekarang mau kalian apa?! Apa kalian mau keluar dari drama musical ini?! Gampang… Saya hanya perlu mencoret nama kalian, lalu meminta izin Mrs. Sooyoung untuk mengadakan audisi ulang untuk menggantikan kalian!! Kalian mau?!” Mereka bertigapun menggeleng dengan lemas.
“Kalau kalian mau bekerja sama dan menuruti intruksiku, pasti kalian akan bisa dan terbiasa dengan tarian ini, ini akan sangat menyenangkan bagi kalian.” Katanya dengan nada yang jauh lebih lembut. Mereka bertigapun seakan kembali bersemangat dan mulai mencoba melakukannya.
“Ayo Tiffany hentakan kakimu dengan lebih bersemangat. Seohyun tanganmu kurang tinggi, angkat lagi. Jiyeon lekukanlah tanganmu lebih patah-patah, seperti ini. Bagus semua ayo teruskan kerja bagus kalian…” Teriak Ms. Hyoyeon bersemangat.
Satu lagi pembuktian kehebatannya. Dia dapat meluluhkan keegoisan Tiffany dan membuatnya jatuh cinta dengan dunia hip-hop dance dalam waktu yang terbilang singkat. Dan waktu latihan hari inipun berakhir dan akan dilanjutkan esok hari.
***

Hari berikutnya selain kami melakukan pemantapan dance kami, kami juga melakukan koreaografi saat adegan aku dan Rolland melawan dua perampok. Disana kami memasukan sedikit gerakan kungfu dan Taekwondo yang tentunya juga dibantu oleh Ms. Hyoyeon. Selain itu kami juga diajarkan cara menggunakan pedang, dan dasar cara menggunakan pedang adalah melalui olahraga anggar, oleh karena itu nanti pertempuran antara kami dengan kedua bandit akan terasa sangat sengit.
Saat melawan troll kami juga sedikit melakukan gerakan, seperti berputar mengelilinginya dan mengikatnya dipohon. Satu hal yang baru aku ketahui dari Ms. Hyoyeon mengenai dirinya. Diluar mungkin ia dapat terlihat dingin dan angkuh. Namun jika kau tau isi hatinya yang sesungguhnya kau akan tau dirinya yang sesungguhnya, dirinya yang hangat, ramah dan bersahabat.
Yang aku tau sifat dinginnya selama ini disebabkan oleh kepergian calon suaminya bertahun-tahun yang lalu, mungkin itu menjadi pukulan yang keras baginya sehingga membuatnya menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya dibalik topeng dingin dan angkuh.
Tapi jujur saja, aku sangat suka dengannya, ke-profesionalitasannya, ide-ide cemerlangnya, inovasinya, dasa imajinatif dan kreatif, ia patut diacungi jempol dan patut dijadikan acuan kami sebagai panutan untuk kami kedepannya. Dan belajar dengannya sangatlah menyenangkan. Andai aku ada di kelas Vocal 1, dia dan mata pelajarannya akan menjadi guru serta mata pelajaran favoritku.
Dan aku berjanji sisa hari diminggu kedua ini akan aku gunakan sebaik-baiknya untuk menyerap semua ilmu yang ia miliki, semua kepribadian yang ia punya, segala sikap yang dimilikinya. Agar aku kelak dapat memiliki wibawa dan profesionalitas yang sama baiknya dengannya.
***

Dihari terakhir diminggu ini Ms. Hyoyeon mengajak kami menonton pertunjukan seni jalanan atau yang biasa disebut ‘street art performances’ disekitar daerah Seoul, kami pergi dengan tiga buah mobil, masing-masing mobil memiliki kapasitas 5 orang. Di mobil Ms. Hyoyeon terdapat Ms. Hyoyeon, Luna, Jiyeon, Seohyun serta Kyuhyun.
Di mobil Fei, selain dirinya juga terdapat Soyeon, Jessica, Hyorin serta Jonghyun. Yuppss… Dan sisanya di mobil Wooyoung ada aku, kedua fans fanatic Wooyoung serta fans setianya Sandara.
“Aku yang duduk didepan.” Kata Sandara sambil menuju pintu mobil.
“Enak aja, aku yang duduk didepan…” Tiffany tidak terima dan menghalangi jalan Sandara.
“Aku… Awas…”
“Enggak… Aku…”
“Akkuuuu…”
“Akkkuuuuuu…” Dan merekapun kembali mulai berteriak.
“Stoooppp…” Wooyoung mencoba untuk melerai. “Biar Taeyeon yang duduk didepan.”
“Noooo!!!” Kata mereka berbarengan seraya melihat aku dan Wooyoung secara bergantian dengan tatapan yang mengandung seribu makna.
Akhirnya setelah perdebatan panjang, diputuskanlah yang duduk didepan adalah Taeyang, tampak ia agak sedikit kecewa, mungkin yang ia inginkan adalah duduk bersebelahan dengan pujaan hatinya (read: Sandara).
Aku duduk ditengah mereka berdua, sungguh posisi yang tidak menyenangkan, mereka mencoba membuatku tidak nyaman, dan sejujurnya mereka berhasil membuatku tidak nyaman selama diperjalanan yang memakan waktu 25 menitan itu.
Di pusat kota Seoul memang selalu ada pertunjukan seni jalanan, entah dari orang-orang Korea maupun orang dari negera lain yang sedang melakukan tradisi backpacking. Pertunjukannya pun bermacam-macam, ada yang bermain musik, bernyanyi, menari, manusia patung, bahkan sandiwara.
Setelah mencari disetiap sudut akhirnya kami melihat sekelompok orang yang sedang menari, mereka merupakan backpacker asal Amerika karena selain wajahnya yang benar-benar seperti Yankee tidak jauh dari tempat mereka menari aku dapat melihat tas-tas yang sangat besar. Mereka terdiri dari 3 orang, 2 orang laki-laki dan seorang perempuan.
Mereka menarikan tarian hip-hop dengan sedikit sentuhan modern dance. Tarian mereka menarik, unik dan lucu, pasionnya pun juga berbeda serta sangat terasa profesionalitasnya. Feelingku Ms. Hyoyeon akan menggukan tarian mereka untuk memperkaya gerakan dance bagi si kedua penyihir. Dan tebakanku benar…
“Perhatikan itu, aku akan menamabahkan gerakan itu pada tarian kalian.” kata Ms. Hyoyeon pada mereka, Tiffany dan kawan-kawan.
Sayangnya kami tidak menemukan pertunjukan sandiwara di jalan. Namun di ujung jalan, ada 3 orang manusia patung yang menarik perhatian Ms. Hyoyeon. Manusia patung yang pertama merupakan seorang ksatria berpedang yang gagah berani yang sedang mengarahkan pedangnya kepada manusia patung yang lain yang berbentuk seekor burung elang raksasa.
Namun ada yang aneh, dibelakang ksatria itu ada seorang putri cantik, ia duduk dengan anggun, tampak tenang dengan tangan yang mengepal seperti sedang berdoa. Aku heran, padahal ksatria itu seakan-akan rela berkorban deminya melawan elang raksasa untuk dapat melindunginya, tapi kenapa sang putri tampak seolah-olah tidak sedang terjadi apa-apa anta ksatria dan si elang raksasa?
“Ia percaya pada sang ksatria. Ia percaya kalau ksatrianya dapat melindunginya. Jadi ia bersikap seperti itu, tenang dan hanya berdoa memohon yang terbaik.” Tiba-tiba suara Ms. Hyoyeon membuyarkan lamunanku. Ia menatap lurus pada ketiga patung itu tanpa menoleh kearahku, ia seakan berbicara dengan siapa saja yang mendengarkannya.
“Kamu harus dapat seperti mereka, berani seperti sang ksatria, sekaligus anggun dan bersikap tenang seperti sang putri. Pelajarilah ekspresi mereka, maka aku yakin kau akan dapat mendalami karakter Putri Katerinna dengan baik.” Katanya sembari melihat kearahku. Pesan dari Ms. Hyoyeon itu benar-benar menggugah hatiku untuk menumbuhkan Putri Katerinna dalam diriku.
***

-Minggu ketiga-

Minggu ini adalah latihan vokal, dan guru pembimbing kami ialah Ms. Sunny Lee. Ia belum menikah, pribadi yang ceria, usianya juga masih terbilang muda. Wajahnya imut dan manis dengan senyum yang juga unik seperti Ms. Hyoyeon, sama unik namun berbeda keunikannya, dan yang aku suka adalah ketika ia senyum, maka matanya ikut tersenyum dan membentuk ‘eye smile’. Rambutnya pendek dan pirang, tubuhnya memang tidak terlalu tinggi, tapi aku rasa tinggi tubuhnya cukup ideal dengan berat badannya. Ia terlihat agak berisi.



Ia guru vokal kelasku, kelas Vocal 2. Jadi aku akan dengan mudah bekerja sama dengannya, berbeda dengan guru-guru sebelumnya yang membimbing kami, karena mereka semua  guru dari kelas Vocal 1. Entahlah kenapa bukan Mrs. Boa yang merupakan guru kelas Vocal 1 yang membimbing kami.
Suara Ms. Sunny merupakan jenis suara kesukaanku, suaranya berkarakter imut, walau imut namun suaranya sangat kuat, terlebih lagi suara kepala atau yang biasa disebut falsetto miliknya benar-benar indah dan tinggi. Dengan suara seperti itu ia dapat mencapai nada tertinggi sekalipun. Mungkin…
“Baiklah… Sekarang saya akan membacakan lagu yang akan kalian nyanyikan. Sebagian ada yang merupakan lagu yang terkenal, sebagian lagi lagu yang saya karang sendiri.” Kata Ms. Sunny dengan nada ceria dan bersemangat.
“Dimulai dengan pemeran utama, Taeyeon kamu akan menyanyikan lagu ‘Skyscraper’ milik Demi Lovato ketika kedua penyihir merebut kerajaan darimu, lalu ‘When You’re Gone’, ‘Don’t You Remember’ dan ‘I Will Always Love You’ ketika Rolland pergi meninggalkanmu karena marah. ‘A Thousand Years’ berduet dengan Wooyoung ketika kalian kembali rujuk. ‘My Heart Will Go On’ ketika Rolland disihir oleh Terremar serta kau dan Wooyoung menyanyi ‘A Whole New World’ ketika Rolland kembali hidup.”
“Rolland, selain ‘A Thousand Years’ dan ‘A Whole New World’ kamu juga akan menyanyikan lagu ‘Jar Of Hearts’ milik Christina Perri, ‘You And I’ milik Lady Gaga, serta ‘Just The Way You Are’, ‘Fall For You’ dan ‘I’m Yours’.”
“Untuk Terremar dan Maressen, kalian akan banyak berduet, pertama di lagu ‘The Edge Of Glory’, ‘Monster’ dan ‘The Fame’ milik Lady Gaga. ‘Magic’ milik Selena Gomez. ‘We Are the Champion’, ‘Baby’ dan ‘You Belong With Me’.”
Ms. Sunny membacakan daftar lagu yang akan kita nyanyikan serta dibagian mana kami menyanyikannya secara rinci, beberapa merupakan lagu artis-artis internasional dan beberapa lagu untuk troll, perampok serta keempat peri hitam merupakan lagu buatannya, karena sulit untuknya menemukan lagu yang tepat untuk karakter tokoh mereka.
“Taeyeon bagaimana kalau saya naikan satu oktaf?” Kata Ms. Sunny ditengah-tengah latihan.
“Hm… Tapi saya tidak yakin Ms.” Kataku ragu.
“Saya yakin kamu bisa, asalkan kamu mau mencoba.”
“Baiklah.”
Begitulah sesi latihan kali ini selesai tepat pada waktunya, karena berhubung hari ini hanya latihan dasar vokal. Dan seperti biasa Ms. Sunny memberi nasihat agar kami semua menjaga suara dan kesehatan. Ia juga mengatakan drama musical kali ini sangat penting, karena penghasilannya akan disumbangkan ke beberapa Negara miskin di Afrika. Jadi ia berpesan agar kami melakukan yang terbaik.
***

Keesokan paginya, ketika aku sampai kelas, secara mendadak Soyeon menghampiriku. Ia mendekatkan wajahnya, menarikku ke mejaku dan mulai berbisik.
“Tadi Wooyoung menitipkan pesan padaku.” Katanya berbisik pelan sambil melihat ke sekeliling kelas seakan takut kalau ada yang mendengar.
“Ia bilang kalau nanti, kalau boleh ia akan main kerumahmu, setelah selesai latihan, ia ingin latihan lagi bersamamu untuk lebih menyesuaikan suara pada lagu duet kalian. Oh, iya ia juga meminta nomor handphonemu.” Katanya. Aku baru sadar kalau selama aku sekolah di Kirin, hanya nomer Luna dan Soyeon yang aku miliki. Karena sejujurnya aku memang agak kurang tertarik dengan ‘Short Message Service’ apalagi telpon-telponan.
“Ini,” kataku pada Soyeon sambil menyerahkan kertas kecil dengan nomer handphoneku yang tertera di dalamnya.
“Kenapa ia tak bicara langsung denganku? Dan kenapa ia tidak meminta nomerku sejak dulu?”
“Kau lihat Sandara, Tiffany dan kawanannya masing-masing sedang memperhatikanmu daritadi, Taeyeon… Mana mungkin Wooyoung berani mendekatimu dengan situasi seperti ini, ia khawatir dengan keselamatanmu. Sedangkan pertanyaanmu yang kedua, aku tidak tau, mungkin ia baru kepikiran sekarang untuk meminta nomermu kali. Entahlah…” Katanya.
“Jadi gimana? Boleh dia latihan bersamamu?” Lanjutnya.
“Tentu saja,” Kataku mantap.
“Baiklah aku akan ke kelas sebelah dulu…” Katanya bersemangat.
***

Sepulang latihan, sesuai rencana aku akan pergi keparkiran ketika keadaan mulai aman. Dan ketika adu sudah ada didepan mobil Wooyoung ternyata Jiyeon dan Seohyun melihat kami, dan kontan saja mereka langsung melapor pada atasannya masing-masing. Mengetahui hal itu Wooyoung memberiku aba-aba untuk segera masuk.
Dan ketika kami keluar gerbang Kirin kami sadar bahwa dibelakang kami mobil Sandara dan Tiffany sedang mengikuti kami, tepat dibelakang kami. Wooyoung menambah kecepatan mobilnya, ia tidak langsung menuju rumahku, namun ia mengelilingi kota Seoul terlebih dahulu dengan tujuan agar mereka merasa kelelahan.
Setelah setengah jam kami berputar-putar, kami sudah tidak melihat mobil mereka lagi. Kami sudah merasa aman, dan akhirnya kamipun berputar menuju rumahku. Ketika sampai di gerbang, ketika aku hendak membuka gerbang dengan sangat terkejut aku melihat mobil mereka; Tiffany dan Sandara tepat dibelakang mobil Wooyoung.
“Taeyeon, kamu bawa banyak teman yaa??” Tiba-tiba mama datang dengan muka berseri. Kelihatannya mama sangat bersemangat menyambut teman-temanku ini.
“Ayo masuk silakan, Taeyeon buka gerbangnya untuk mereka. Cepat. Mama akan buatkan minum dulu.” Perintah mama.
“Baik ma.” Akupun membukakan gerbang, mempersilakan mereka masuk dan duduk.
“Ini, silakan.” Kata mama sambil menaruh gelas-gelas dan sepiring kue kering diatas meja.
“Wah, terima kasih ya tante, jadi ngerepotin,” Kata Sandara dengan wajah tersenyum. Selama sebulan ini baru kali ini aku melihat ia tersenyum seperti itu.
“Kenalkan dong teman-teman kamu sama mama. Terus, Luna sama Soyeon gak ikut Taeng?”
“Aku Sandara tante, salam kenal.”
“Aku Tiffany.”
“Saya Wooyoung tante.”
“Sandara dan Tiffany kalian mirip. Apa kalian kembar?”
“Bukan!!!” Jawab mereka kompak dengan muka jutek.
“Dan Wooyoung… Jangan-jangan kamu pacarnya Taeyeon ya? Karena kamu laki-laki pertama yang diajak Taeyeon main kerumah? Hahaha…” Kata mama sambil tersenyum meledek kearahku.
“Bukan!!!” Lagi-lagi Tiffany dan Sandara berteriak dengan kompak.
“Belum tante, tapi semoga aja secepatnya.” Kata Wooyoung malu-malu, akupun jadi ikut malu karena kata-katanya. Sedangkan si Barbie kembar itu cemberut dan terlihat menyeramkan.
“Tante dukung kok, hahaha.”
“Maaa… Sudaah ahh…”
“Kenapa? Yasudah ya, tante tinggal ke belakang dulu, ada kerjaan.” Kata mama sambil tersenyum kearah Wooyoung, Tiffany dan Sandara secara bergantian. Sandara dan Tiffany membalasnya dengan senyuman yang dipaksakan.
“Jadi kalian mau apa kesini? Tanya Wooyoung dengan lembut.
“Kami ingin ikut latihan? Keberatan? Kau tidak keberatan kan Taeyeon?” Tanya Tiffany.
“Tidak kok. Tidak sama sekali.” Kataku pasrah.
Dan selama satu jam kami habiskan dengan latihan bersama. Tiffany dan Sandara terlihat makin agresif kepada Wooyoung, dan entah mengapa hatiku merasa panas melihatnya. Aku benar-benar ini cepat berakhir. Aku tidak fokus dengan naskahku, dance-ku pun kacau, dan nada-nada di laguku ada yang meleset.
“Kamu kenapa? Lagi gak konsen ya kayaknya?” Tanya Wooyoung penuh perhatian.
“Iyaa…” Kataku lemas.
“Kenapa?”
“Kecapekan mungkin…” Potong Sandara sebelum aku sempat menjawab pertanyaan Wooyoung.
“Bisa jadi karena dia tidak suka kalau kau ada disini Sandara.” Kata Tiffany memancing.
“Enak aja, kamu tuh yang bikin mood orang berantakan.”
“Jangan asal ngomong deh.”
“Stop! Stop! Jangan berteriak di rumahku, aku tidak enak dengan mama yang sedang istirahat.” Kataku tidak sadar telah membentak mereka.
“Berani kau membentakku?” Sandara terlihat marah.
“Lihat saja, tunggu perhitungan dariku.” Kali ini Tiffany yang mengancam.
“Untung ini di rumahmu, aku masih menghargai mamamu,” Kembali Sandara mengancam.
“Kalian ini apa-apaan sih? Kalian sama kayak orang yang gak tau diri… Kalian datang dengan tidak diundang, tapi Taeyeon tetap mengizinkan kalian masuk. Lalu kalian dengan seenaknya membuat ribut di rumahnya, dan ketika kalian ditegur oleh tuan rumah. Kalian justru mengancamnya. Memalukan… Mana sopan santun kalian?” Wooyoung terlihat marah pada mereka, aku jadi merasa tidak enak.
“Sudahlah, tidak apa-apa… Aku yakin mereka tidak bermaksud benar-benar mengancamku.” Kataku membela mereka, aku tidak tega melihat mereka dibentak seperti itu.
“Yasudahlah, lebih baik kami pamit pulang saja… Aku juga sudah tidak enak dengan mamamu karena sudah membuat kegaduhan malam-malam begini.” Kata Wooyoung dengan bijak.
“Hati-hati yaa…” Kataku. Kedua perempuan itupun mengikuti langkah Wooyoung yang menuju pintu keluar.
Sebenarnya aku benar-benar takut dengan ancaman mereka, terutama Sandara, karena setahuku ia anak yang cukup nekat. Sungguh aku benar-benar khawatir. Tapi aku hanya perlu percaya bahwa Wooyoung akan menjagaku dari kedua orang itu. Aku harus berpikir tenang dan berdoa untuk kebaikan kita semua termasuk Sandara dan Tiffany.
***