Baru
aku melangkah masuk gerbang, sudah ada beberapa murid yang membicarakanku,
“Waw…
Siapa itu?”
“Cantik
sekali,”
“Apa
dia anak baru?”
“Tapi
dia mirip murid di kelas Vocal 2 yang penampilannya agak aneh itu.”
“Hah?
Taeyeon maksudmu? Tidak mungkin, mereka berbeda jauh, sangat jauh.”
“Dia
bahkan lebih cantik dari Tiffany maupun Sandara.”
Ya
Tuhan, apa mereka benar-benar sudah tidak mengenaliku lagi? Waw untuk pertama
kalinya aku benar-benar merasa menjadi pusat perhatian, jadi begini ya rasanya
menjadi orang yang diperhatikan. Aneh namun menyenangkan.
Karena
terlalu asik dengan sanjungan, tanpa sadar aku menabrak seseorang. Dan ketika
aku hampir jatuh, ia menahan tubuhku, mungkin karena salah posisi, akhirnya
kami berdua terjatuh kelantai dengan posisi dia berada diatas tubuhku serta
wajah kami saling berhadapan. Alangkah terkejutnya aku, bahwa ternyata orang
yang aku tabrak dan kini berada dihadapanku adalah Wooyoung.
Entah
kenapa aku merasakan adanya getaran tiap kali melihat matanya, namun aku segera
sadar akan kerumunan orang yang memperhatikan kami dalam posisi tersebut dan
saling bertatapan selama 30 detik.
“Oh,
maaf…” Katanya lembut.
“Enggak
apa-apa kok. Aku juga gak terluka dan ini bukan sepenuhnya salahmu, jadi gak
perlu minta maaf.”
“Okey,
by the way… Kamu anak baru?”
“Iya
bisa dibilang begitu, karena aku baru dua hari disini.”
“Ohh,
nama kamu siapa?”
“Taeyeon,
Kim Taeyeon.”
“Aku
Wooyoung. Senang bertemu denganmu… Kalau begitu sampai jumpa lagi ya.” Katanya
sambil berlalu bersama dengan kedua temannya yang aku tebak pasti bernama
Jonghyun dan Kyuhyun.
Ternyata
tanpa sepengetahuanku, dua bidadari hitamnya Wooyoung alias Tiffany dan
Sandara, sedari tadi memperhatikan aku dan Wooyoung. Mereka menatap dengan mata
yang penuh dendam kearahku, dan aku jadi punya firasat yang enggak enak soal
ini.
***
Bel
pun berbunyi, dan karena hari ini sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar,
maka semua siswa-siswi Kirin, harus menuju ke aula utama. Kelas yang mendapat
bagian pertama tampil adalah kelas Vocal 1, lalu Vocal 3 dan terakhir kelasku
kelas Vocal 2.
“Audisi
diadakan dalam 3 tahap, tahap pertama, audisi acting yang akan dinilai oleh
Mrs. Yoona, Mr. Minho dan Mrs. Ara, lalu selanjutnya audisi menari yang akan
dinilai oleh Ms. Hyoyeon, Mr. Yunho dan Mrs. Victoria dan terakhir yang paling
penting audisi menyanyi yang akan dinilai oleh Mrs. Boa, Mr. Yesung dan saya
sendiri Ms. Sunny.” Jelas Ms. Sunny yang merupakan guru vokal di kelas Vocal 2.
Audisi
pertamapun dimulai serta dilakukan eliminasi, dari 45 siswa tingkat 2 kelas
Vocal Kirin, hanya 7 yang gagal, selebihnya masuk ketahap berikutnya. Audisi
berikutnya menari, pada tahap audisi ini banyak yang gugur dan dari 38, hanya
13 yang lulus, termasuk aku dan kedua sahabatku. Ditahap ini lebih banyak
laki-laki yang gugur.
Audisi
tahap terakhirpun dimulai… Hatiku berdebar-debar rasanya. Sesuai urutan, siswa
yang pertama tampil dari kelas Vocal 1.
“Siap-siap
takjub.” Kata Soyeon yang duduk disebelahku.
“Merekalah
yang terbaik dari baik.” Tambah Luna.
Dan
benar saja, mereka; murid-murid kelas Vocal 1, memang luar biasa. Yang tampil
pertama dari kelas Vocal 1 adalah Jiyeon; penampilannya energic, lalu Jonghyun;
sangat menawan, Kyuhyun; begitu powerfull, selanjutnya Sandara; suaranya
berkarakter, Wooyoung; paket yang komplit dalam menyajikan pertunjukan, yang
terakhir dari kelas Vocal 1 adalah Hyorin, dia benar-benar seperti diva,
suaranya melengking, tinggi dan stabil. Aku pesimis dapat mengalahkannya.
Selanjutnya
kelas Vocal 3, dari 15 siswa hanya 1 yang lolos audisi sampai ketahap ini, ia
adalah Fei, dan suaranya tidak kalah merdu dari Hyorin, ia juga energic dan
attractive dalam melakukan dance, dan ketika aku bertanya pada Luna, kenapa
orang yang begitu berbakat dimasukan ke dalam kelas Vocal 3, jawabannya begitu
mencengangkan dan membuatku heran. Jawabannya begitu simple dan konyol yaitu…
Ia merupakan keturunan China tanpa ada darah Korea. Konyol.
Akhirnya
tiba juga, kelasku, kelas Vocal 2 mendapat gilirannya. Yang pertama dipanggil
adalah Jessica, ia bernyanyi lagu upbeat dengan teknik vokal yang sangat
mempesona. Selanjutnya Seohyun, suaranya berat, namun stabil dan berkarakter
kuat. Lalu Soyeon, sahabatku itu menyanyikan lagu yang sama dengan yang
dibawakannya kemarin, dan aku tetap merinding mendengar suara merdunya. Luna
merupakan peserta berikutnya, ia juga menyanyikan lagu yang sama, dengan
pembawaan yang tetap ceria dan penampilan panggung yang menghibur.
Selanjutnya
si gadis berambut merah, Tiffany yang mendapat giliran bernyanyi, ia
menyanyikan lagu ‘Lost in Love’ (lagu duetnya Tiffany dan Taeyeon) milik
girlgroup nomer satu di Korea dalam versi bahasa Inggris. Suaranya indah,
nadanya pas, dan stabil, selain itu suaranya agak serak dan membuat kesan agak
sedikit ‘rock’ pada suaranya. Penjiwaannya pas, kalau tadi aku merinding karena
suaranya Soyeon, sekarang aku terharu karena suaranya Tiffany.
“Oke,
yang terakhir, Kim Taeyeon…” Tanda dari Ms. Sunny yang menandakan bahwa
sekaranglah giliranku.
“Apa
yang akan kamu nyanyikan Taeyeon?” Tanya Mrs. Boa yang merupakan guru vokal
kelas Vocal 1.
“Saya
akan menyanyikan lagu ‘I Will be waiting for You’ (lagunya Seohyun).”
“Great…
Bernyanyilah yang bagus, jangan kecewakan penyanyi aslinya.” Kata Mr. Yesung.
Aku
bernyanyi sebisaku, semampuku, dan sepenuh hatiku. Dan ketika aku selesai
menyanyikan lirik terakhir, sorak sorai para murid lain terdengar begitu
nyaring di ruang aula ini, sepertinya mereka menyukainya. Syukurlah.
“Baiklah,
kamu boleh kembali.” Kata Ms. Sunny. “Pengumumannya satu jam lagi, jadi kita
istirahat selama satu jam dan kembali lagi berkumpul di sini untuk mendengar hasil
pengumumannya.” Lanjutnya.
***
“Apa
aku bilang, mereka pasti terpukau dengan suaramu… Iya gak Lun?” Luna pun hanya
mengangguk penuh semangat untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
“Syukurlah…
Ini juga berkat kalian, kalian yang menumbuhkan kepercayaan diriku.”
“Itulah
gunanya sahabat.” Dan kamipun berpelukan dengan sangat erat.
Teeeeeeeeeeennnnnnnnnnnggggggg…
Bel
tanda berkumpulpun terdengar, kami dengan sigap langsung menuju aula utama
Kirin Art School.
“Baiklah,
dimohon maju, kepada; Sandara Park, Kim Hyorin, Park Jiyeon, Jang Wooyoung, Kim
Jonghyun dan Cho Kyuhyun dari kelas Vocal 1. Tiffany Hwang, Jessica Jung, Seo
Juhyun, Kim Taeyeon, Park Soyeon dan Luna Park dari kelas Vocal 2. Serta Wang
Fei Fei dari kelas Vocal 3.” Perintah Ms. Sunny.
Kami
ber-13 pun maju dan berjejer sesuai urutan nama yang disebutkan tadi. Deg-degan
rasanya, kalau aku berhasil mendapat peran di drama ini walaupun kecil, pasti
mama akan bangga padaku.
“Hanya
ada 7 pemeran utama disini, oleh karena itu kami memilih berdasarkan rata-rata
dari penilaian kalian, bukan hanya pada audisi menyanyi, tapi juga pada audisi
menari dan acting. Dan yang akan membacakan hasil ini adalah kepala sekolah
kita Mrs. Choi Sooyoung.”
“Baiklah,
tanpa berpanjang lebar… Yang pertama… Dari kelas Vocal 1, selamat kepada Kim
Hyorin, Kim Jonghyun, Sandara Park dan Jang Wooyoung. Dari kelas Vocal 2,
selamat kepada Jessica Jung, Tiffany Hwang dan Kim Taeyeon. Dan maaf dari kelas
Vocal 3, Wang Fei Fei, kemampuanmu masih belum memenuhi kualifikasi para juri.”
Astagaa…
Hatiku serasa hancur, mereka, sahabatku, Luna dan Soyeon, tidak lulus?? Padahal
suara mereka bagus, acting dan tarian mereka pun lumayan, bahkan lebih bagus
dariku. Aku tidak mengerti dengan semua penilaian ini.
“Sudah
kami duga…” Kata Luna parau.
“Apanya?”
Tanyaku.
“Selain
skill, mereka juga melihat fisik, dan kau lihat, kalau kami…”
“Stop…”
Sergahku. “Ini tidak adil… Sungguh.”
Tiba-tiba
ditengah kesedihanku, Ms. Sunny kembali memegang microphone dan hendak kembali
mengucapkan sesuatu.
“Kami
para juri sudah berdiskusi, sejujurnya memang hanya ada 7 main casting disini,
namun keenam peserta yang lain, yang tidak lolos layak mendapat kesempatan,
jadi kami memutuskan untuk menambah main castingnya dari 7 menjadi 14, dan
berhubung hanya ada 13 peserta yang lolos sampai ketahap akhir, maka akan kami
adakan lagi audisi untuk memilih satu orang yang beruntung yang akan
bergabung.” Jelas Ms. Sunny.
Terdengar
sorak sorai dari para peserta dan murid-murid lain terutama mereka yang tidak
terpilih, khususnya Luna dan Soyeon. Akupun turut bersuka cita, karena akhirnya
Luna dan Soyeon dapat ikut berlaga denganku di panggung sandiwara. Lalu, audisi
ulangpun dilaksanakan, dan yang bergabung sebagai member ke-14 adalah Dong
Taeyang dari kelas Vocal 3, terlihat bahwa orang yang paling senang karena
terpilihnya Taeyang adalah Fei, dan sebaliknya Sandara yang terlihat paling
tidak menyukainya.
“Baiklah
selamat untuk ke-14 member, dan kita melakukan latihan setiap hari sepulang
sekolah sampai selesai, latihan dibagi menjadi 4 tahap yang akan dilaksanakan
dari minggu ini sampai 3 minggu kedepan, sama seperti audisi, minggu pertama
untuk mengasah dialog dan latihan penjiwaan dalam setiap karakter latihan
dilakukan diruang seni drama. Minggu keedua koreografi dalam setiap lagu yang
dinyanyikan, serta latihan fisik dan tata panggung, dilakukan di ruang kaca dan
aula olahraga.
“Minggu
ketiga untuk latihan vokal dan penjiwaan lagu di ruang music and vocal coaching.
Dan minggu terakhir untuk gladi resik di aula utama Kirin, jadi selama sebulan
ini, saya harapkan kehadiran kalian full, tanpa ada kurang satu memberpun
kecuali ada hal-hal tertentu. Mengerti!” Jelas Ms. Hyoyeon, wow terlihat sekali
kalau dia merupakan guru yang paling tegas disekolah ini.
“Mengerti!”
Jawab kami secara kompak.
***
-Minggu
pertama-
Minggu
ini merupakan minggu acting, dan yang menjadi guru pembimbing kami selama
seminggu kedepan adalah Mrs. Im Yoona, guru acting terbaik di Kirin. Ia guru
yang berperingai ramah, cantik, tinggi, berkulit putih, dengan rambut cokelat
panjang sebahu yang dibuat sedikit bergelombang, benar-benar sosok idaman
seorang pria.
“Oke,
Hai semua. Sekedar informasi disini saya dan guru pembimbing lain tidak akan
memberikan materi mengenai acting, maupun dance dan vocal karena itu semua
sudah kalian dapatkan setiap hari di kelas, namun kami hanya akan fokus dengan eksekusi
dari drama musical ini,
“Dan
yang pertama akan saya lakukan adalah memilih pemeran utama protagonis untuk
wanita dan pria, baik… Bagi wanita silakan kalian baca skrip ini serta skrip
ini untuk yang pria dan berhubung hanya satu bait, maka waktu latihan kalian
adalah selama lima menit.”
Cerita
‘Princess Katerinna and the Witches’ adalah kisah perjuangan seorang putri
cantik, Katerinna yang mencoba menyelamatkan kerajaannya dari kutukan penyihir
kembar cantik jahat yang malas, Terremar dan Maressen. Ia pergi bersama
kekasihnya Pangeran Rolland dan mencari 3 peri penjaga, Medina, Glosia dan
Serry. Ketiga peri itu tau cara mendatangkan salah satu keturunan Ratu Sellema,
ratu terkuat dikerajaan peri.
Namun
ternyata ketiga peri justru mengubah Putri Katerinna menjadi Ratu Katerinna,
hal ini terjadi karena sebenarnya didalam diri Katerinna masih terdapat darah
Ratu Sellema dan Katerinna tidak pernah mengetahui hal itu. Didalam perjalanan
mereka bertemu dengan banyak halang rintang, mulai dari perampok, monster
troll, sampai para peri hitam pembantu milik Terremar dan Maressen.
Dan
dialog yang sedang kami pegang adalah dialog dimana sang putri berkata “Matilah
kau Maressen!” Sambil menghunuskan pedang Ortdof ke jantung Maressen. Lalu sang
putri berkata “Sekarang giliranmu Terremar! Terima ini!” sambil meloncat kearah
Terremar dan menusukan pedang Ortdof tepat diatas kepala Terremar.”
“Waktu
selesai anak-anak.” Mrs. Yoona memberi tanda, bahwa waktu latihan telah
selesai.
“Yang
saya panggil silakan maju. Baiklah mulai dari kau Seohyun.”
“Matilah…”
“Cut!”
Potong Mrs. Yoona. “Terlalu flat, datar tanpa ekspresi.”
“Hyorin.”
“Matilah…”
“Cut!
Apa-apaan kau ini, intonasinya kurang yang keras. Bukankah aku selalu bilang
dikelas, kalau intonasi, ekspresi, artikulasi, sangat dibutuhkan dalam seni
peran, jadilah berani, tangguh dan anggun seperti Katerinna.”
“Jiyeon.”
“Matilah
kau…”
“Cut!
Baru saja aku mengatakan, artikulasi jiyeon, artikulasi, a i u e o, ingat itu
sangat penting, essential.”
“Sandara.”
“Matilah
kau Maressen!” “Sekarang giliranmu Terremar! Terima ini!”
“Cut!
Cukup baik.”
“Tiffany…”
“Matilah
kau Maressen!” “Sekarang giliranmu Terremar! Terima ini!”
“Cut!
Bagus Tiffany.”
Semua
peserta telah diuji hingga pada akhirnya tiba giliranku.
“Taeyeon.”
“Matilah
kau Maressen.” “Sekarang giliranmu Terremar. Terima ini!”
“Cut!”
Mrs. Yoona tidak memberikan komentar apa-apa, aku rasa penampilanku biasa-biasa
saja.
“Bagus
Taeyeon, bagus.” Kata Fei yang duduk disebalahku.
“Apanya?
Kalau memang bagus pasti Mrs. Yoona akan memberikan komentarnya.”
“Baiklah,
berdasarkan keputusan dan penampilan, yang mendapatkan perannya adalah Kim
Taeyeon. Selamat!”
“Selamat
yaa…” Kata Luna dan diikuti ucapan selamat dari peserta yang lain dan tentu
saja Wooyoung. Dan aku lihat Tiffany dan Sandara tampak tidak senang.
“Lalu,
sang pangeran akan diperankan oleh Jang Wooyoung.” Semuanya ikut bertepuk
tangan untuk kemenangannya. Akupun ikut senang karena nantinya aku akan beradu
peran dengan Wooyoung.
“Untuk
peran Terremar, selamat kepada Tiffany serta Maressen selamat kepada Sandara,”
Kami kembali bertepuk tangan, namun nampaknya mereka tidak senang dengan peran
yang mereka dapat.
“Medina,
Glosia dan Serry akan diperankan oleh Luna, Soyeon serta Fei. Dua perampok,
Donner dan Gorse oleh Jonghyun dan Kyuhyun. Troll oleh Taeyang. Terakhir, 4
peri hitam Jona, Hona, Sona dan Yona diperankan oleh Jessica, Hyorin, Seohyun
serta Jiyeon.” Kata Mrs. Yoona.
“Baiklah,
kalau begitu sampai jumpa besok dengan naskah full.” Lanjutnya.
***
Semua
murid terlihat sudah pulang. Dan ketika aku hendak ingin beranjak, tiba-tiba
Sandara dan kedua dayangnya menghampiriku.
“Kalau
dinaskah nanti ada adegan dimana Maressen menyiksa Katerinna, aku akan
benar-benar melakukannya.” Katanya yang membuatku bergidik ngeri.
“Dan
kalau ada adegan dimana Terremar merebut Rolland, aku akan melakukannya dengan
baik.” Tiba-tiba Tiffany datang dari arah yang berlawanan tentu saja juga
dengan kedua pengawalnya.
“Lalu
Maressen merebut sang pangeran dari Terremar, membunuh Terremar serta menikahi
Rolland.” Waw, aku bertanya, kenapa jadi mereka yang menentukan alur ceritanya?
“Yaa…
Hanya dalam mimpimu Maressen… Dalam mimpi.” Nada bicara Tiffany benar-benar memancing
pertengkaran.
Dan
benar saja mereka berdua mulai cakar-cakaran, jambak-jambakan, dan berteriak
dengan kata-kata yang tidak baik satu sama lain. Tiffany dengan Sandara,
Jessica dengan Hyorin serta Seohyun dengan Jiyeon. Dan akupun memutuskan untuk
menghindar dari huru hara yang sama sekali tidak menarik ini.
Tapi
apa yang terjadi berikutnya? Ternyata mereka melihat aku yang hendak lari dari
pertengkaran ini dengan muka yang marah serta haus darah. Aku berlari sekuat
tenaga, namun Terremar, Maressen dan keempat peri hitamnya mulai mengejarku.
Lari mereka benar-benar cepat, bagai terbang seperti hantu.
Sayangnya
setiap kelas sepertinya sudah dikunci sejak sejam waktu pulang kami tadi sore.
Aduh bagaimana ini? Aku mulai panik, mereka akan mencabik-cabikku jika berhasil
menemukanku. Dan ketika aku berlari secara tiba-tiba ada orang yang menarikku
lalu merapat kedinding. Ia membekap mulutku dengan tangan kanannya serta tangan
kirinya digunakan untuk memegangiku.
Ia
membawaku keruang latihan dance, yang baru aku tau bahwa ruangan ini tidak
dikunci seperti ruangan lainnya. Ruangan ini sangat hampa dan tidak terdapat
banyak barang, tidak ada meja dan kursi untuk siswa, dan dindingnya terbuat
dari kaca. Kami bersembunyi dibelakang sebuah meja, meja guru aku rasa. Dari
sebuah jendela, kulihat Seohyun dan Jessica mengintip keruangan ini, lalu
karena mereka merasa bahwa tidak ada apa-apa, mereka langsung memutuskan untuk
pergi.
“Sepertinya
mereka sudah pergi…” Kata sang penyelamatku. Sepertinya aku kenal suara itu,
dan benar saja. Ketika aku menoleh wajah yang sudah tak asing lagi bagiku
berada disebelahku. Ia adalah Wooyoung.
“Sepertinya
sudah.”
“Kenapa
kau cari masalah dengan para penyihir itu?” Tanyanya.
“Ceritanya
panjang. Sekarang bagaimana cara kita keluar tanpa diketahui mereka?”
“Kita
tunggu, aku yakin setelah mereka mencari kau selama sepuluh menit, nantinya
mereka akan kelelahan lalu menyerah dan pulang.”
“Sepuluh
menit? Apa kau yakin secepat itu?”
“Sangat
yakin, tipe gadis-gadis manja seperti mereka sudah gampang ditebak bagaimana
sifatnya.”
“Baiklah.”
Selama
kita menunggu, sama sekali tidak ada percakapan diantara kami, jangankan
ngobrol, menatap matanya pun aku ragu. Aku selalu menghindar ketika ia mencoba
untuk menatapku.
“Ayo,
kita pergi sekarang,” Ajaknya. Akupun hanya mengangguk.
“Kamu,
aku antar pulang ya?”
“Ahh…
Gak usah repot-repot, rumahku deket kok, cuma di ujung blok ini.”
“Yaudah
gak apa-apa, sekalian biar aku tau rumah kamu, biar gampang kalo nanti aku mau latihan
bareng. Yaa… Mau ya aku antar?”
“Yaudah
kalo maksa.”
“Siippphh,”
Katanya sambil membuka pintu depan mobil sportnya, dan mempersilakan aku untuk
naik. “Silakan…”
“Thanks…”
Kataku yang agak salting diperlakukan seperti itu.
Perjalanan
hanya memakan waktu lima menit karena memang jarak yang sangat dekat.
“Ini
rumahku.” Kataku. “Mau mampir dulu?”
“Mau
banget sih, tapi udah kemaleman, kapan-kapan aja yaa…”
“Oh
yaudah, sampai jumpa besok ya…” Kataku sambil hendak membuka pintu, namun ia
menahannya.
“Tunggu…”
Katanya sambil berlari keluar, lalu memutari bagian depan mobilnya dan berdiri
tepat disebelah luar pintu mobil dan membukakannya.
“Silakan…”
Katanya lembut.
“Terima
kasih sekali lagi.” Jujur sikapnya yang benar-benar gentle itu membuatku makin
jatuh hati padanya.
Tunggu…
Tadi aku bilang aku jatuh hati??? Ohhh… Tidak tidak, tidak boleh… Jatuh hati
dengan Wooyoung sama dengan cari perkara dengan dua primadona itu… Enggak,
jangan sampe aku jatuh hati sama dia.
***
Hari
demi hari selama latihan di minggu pertama ini kami habiskan dengan menghapal
dialog, berlatih ekspresi, intonasi, artikulasi dan mimik serta gesture tubuh.
ada juga bagian dimana nanti aku dikaitkan pada sling lalu diangkat untuk
membuat efek seolah-olah aku terbang. Sangat menyenangkan namun aku hanya
mendapat kesempatan dua kali, pada saat aku diubah menjadi Ratu serta saat
membunuh Terremar. Yang paling sering adalah Tiffany dan Sandara bahkan mereka
terbang dengan sapu terbangnya, tapi sepertinya mereka tidak begitu suka dengan
adegan yang menggunakan sling.
“Astagaaaa…
Aku lupa dialognya Mrs.” Kata Sandara yang kembali lupa dialognya.
“Sandara,
ini sudah ketiga kalinya… Baiklah turunkan dia… Ini bawa naskahmu dan ini
berikan pada Tiffany.” Kata Mrs. Yoona sambil memberikan dua buah naskah dan
menunjuk Tiffany yang masih bergelantungan dengan sling diatas.
“Action!”
Terian Mrs. Yoona.
“Mereka
akan rasakan kekejaman kita, iyakan Terremar?”
“Pastinya
saudaraku tersayang. Hahahaha…”
“Ahhhhhhhh…”
Mereka berdua mendadak histeris karena hilang keseimbangan diatas.
“Kau
ini makanya jangan banyak bergerak.” Tuduh Sandara.
“Enak
aja, kamu tuh yang dari tadi bergerak mulu, pake teriak lagi, bikin panik aja.”
Dan
merekapun mulai cakar-cakaran lagi diatas sana. Tidak dimanapun, tidak didarat,
tidak diudara mereka tetap saja bertengkar. Ckckck…
“Sudah,
sudah jangan bertengkar!” Mrs. Yoona mencoba untuk melerai. “Ayo kita mulai
lagi…”
Dan
begitulah mereka mencoba adegan itu sampai lima kali, sampai akhirnya mereka
benar-benar berhasil. Itu baru satu adegan, mereka masih punya lima adegan lagi
yang menggunakan sling. Yaaahh… Semoga saja mereka sanggup.
Selain
itu aku juga mendapat adegan yang menantang, selain saat harus adegan bertarung
dengan dua perampok, adegan menantang yang lainnya adalah ketika aku harus…
Mencium Rolland alias Wooyoung.
Jadi,
setelah Maressen dibunuh, Terremar merasa sangat dendam, ia tau ia tidak akan
dapat mampu melawan Ratu Katerinna, oleh karena itu rasa dendamnya ia tuangkan
kepada kekasihnya Rolland dengan mengutuknya tertidur untuk selamanya. Ratu
Katerinna merasa sedih, ia menangis dan air matanya jatuh di pipi sang
pangeran. Selanjutnya sang Ratu mencium bibirnya sampai pada akhirnya Rolland
kembali sadar.
Dan
pada sesi latihan aku hanya selalu berpura-pura menciumnya. Jadi, bibirku dan
bibirnya tidak bersentuhan namun hanya berjarak kurang dari 5 centimeter.
Sebenarnya saat dipanggungpun aku dapat melakukan hal itu, namun Mrs. Yoona
memaksaku untuk benar-benar melakukan ciumannya selama lima detik, agar lebih
terasa nyata katanya.
Mimpi
buruk, mereka, Terremar dan Maressen pasti akan mengutuk, menyihir dan
membinasakanku kalo aku benar-benar menciumnya. Selama latihan bahkan diluar
latihan mereka selalu mencoba untuk mem-bullyku, menumpahkan minuman,
menempelkan permen karet di sepatuku, bahkan Sandara hampir melakukan kontak
fisik (read: memukul), untungnya tidak terjadi karena dilerai oleh
sahabat-sahabatku.
Mungkin
sudah puluhan kali mereka mem-bullyku. Namun aku mencoba bertahan, dan berharap
suatu saat nanti mereka akan berubah. Karena aku percaya, keajaiban itu akan
datang dan dapat merubah apapun dari yang gelap menjadi terang, dari yang hitam
menjadi putih, dan dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar